Nasional

KAA Punya Hutang Masalah yang Harus Dibayar

Jumat, 24 April 2015 | 00:12 WIB

Bandung, NU Online
Pengasuh Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq KH Fuad Affandi memandang pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60 di Bandung merupakan sarana bagi para pemimpin negara untuk menyelesaikan masalah-masalah penindasan dan ketidakadilan, termasuk pembebasan bangsa Palestina.
<>
"Konferensi kali ini punya hutang besar terhadap ketidakadilan yang menimpa bangsa-bangsa tertindas. Misalnya bangsa Palestina yang masih dirundung perang dan belum merdeka. Itu merupakan hutang yang harus dibayar," jelasnya kepada NU Online, Rabu 22 April 2015 di kediamannya, pesantren Al-Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung.

Fuad Affandi memandang konferensi dari sisi keislaman. "Amarana bil ittihadi wa nahaa 'anit tafaruqi wal fasad, esensi artinya, umat manusia diperintahkan untuk bersatu, mencegah bercerai-berai, dan mencegah terjadinya kerusakan. Jadi itulah tujuan konferensi, saling duduk bersama, sejajar bermusyawarah menyelesaikan masalah agar tidak terjadi kemungkaran dan kezaliman," jelasnya.

Fuad Affandi menilai, seharusnya KAA itu dilaksanakan untuk mencegah masalah, bukan membicarakan masalah yang sudah terjadi. Dalam pandangannya, sekarang situasi perang terus merajalela, dan konferensi baru digelar.

"Kalau melihat sejarah, dulu konferensi dilakukan untuk merespon persoalan dan upayanya mencegah masalah di antaran bangsa-bangsa. Itu sejalan dengan Islam di mana Nabi tidak pernah memandang perang itu menyelesaikan masalah. Nabi berperang kalau sudah tidak bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Nah, sekarang perang duluan, baru konferensi, hehe," ujarnya tertawa.

Menurut Fuad Affandi, dalam Islam tidak ada fakta perang menyelesaikan masalah. Tetapi anehnya sekarang orang gemar berperang, bahkan mungkin dijadikan proyek. Semoga Konferensi Asia Afrika ini bukan proyek rutinitas semata, melainkan membawa solusi atas masalah kebangsaan," tegasnya. (Yus Makmun/Mahbib)


Terkait