Boyolali, NU Online
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI H Muhaimin Iskandar menceritakan peran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam penegakkan demokrasi di Indonesia.
Menurut pria yang karib disapa Cak Imin ini, saat hendak menguatkan arus demokrasi di Indonesia, Gus Dur mendapat pertentangan yang cukup kuat. Pertentangan datang tidak hanya oleh kelompok di luar Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga dari dalam tubuh ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut.
"Tetapi Gus Dur hanya menjawab singkat saat ditanya soal alasannya membawa wacana demokrasi di NU. 'Dalam demokrasi kelompok dengan basis masa yang kuatlah yang dapat mengontrol kekuasaan'," kata Cak Imin ketika menjadi pembicara Seminar Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI, di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Sabtu (23/2).
Oleh karena itu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kaderisasi yang memiliki jutaan kader yang tersebar di seluruh Indonesia, sambungnya, sudah semestinya mengambil peran dalam demokrasi.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Mabimnas PB PMII ini juga berpesan kepada para kader PMII agar menjaga idealitas yang bersumber dari Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII. Sebab nilai tersebutlah, kata Can Imin, yang kelak membentengi kader dan menjadi modal membangun visi perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik sebagai kader maupun alumni.
"Dunia politik adalah dunia fakta, di mana ada pertemuan antara idealitas dan pragmatisme. Jika kita tidak memiliki pijakan dalam mengarunginya niscaya kita akan terpental. Untungnya saya masih memegang teguh NDP PMII," terangnya.
Seminar tersebut merupakan rangkain acara menyambut pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PMII. Muspimnas yang dihadiri oleh ribuan kader dari seluruh Indonesia itu akan dibuka malam ini, di Gedung Oleh Raga (GOR) Sritex Arena, Solo. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)