Jakarta, NU Online
Gerakan Pemuda Ansor memasuki usianya yang ke-85. Kehadirannya dalam rentang waktu selama itu telah banyak berperan untuk Indonesia, terutama keikutsertaannya dalam berjuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
"Inilah syabab, pemuda dari Indonesia. Inilah Ansor kita," kata Habib Salim bin Jindan saat menghadiri tasyakuran peringatan hari lahir ke-85 GP Ansor di Gedung Pimpinan Pusat GP Ansor Jakarta Pusat, Rabu (24/4) malam.
Kelahiran GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan.
Untuk itu, ia menekankan para pemuda agar bangga menjadi anggota Ansor atau Banser karena kiprahnya yang tercatat dalam sejarah dan keberadaannya sudah ada lebih dulu dari aparat keamanan seperti Tentara Nasional Indonesia.
"Lebih dulu Ansor berkiprah di tanah air. Lebih dulu ormas berkiprah yaitu Ansor yang mendirikan agar mengingat kepada NKRI," kata Habib Salim.
Namun demikian, ia mengingatkan agar anggota Ansor dan Banser memastikan bahea anggota keluarganya juga mencintai organisasi yang didirikan pada 24 April 1934 itu. Ia tidak menginginkan ada anggota Ansor dan Banser yang keluarganya justru tidak mengenal, bahkan membenci NU dan badan otonomnya ini.
"Jangan diri kita asyik sama Banser. 'Oh saya orang nahdliyin, oh saya orang Ansor, saya orang Banser', tapi adik kita,
keluarga kita benci Banser, keluarga kita benci NU, percuma kalian menyebut Ansor kalau kalian gak bisa mengajak (keluarganya mencintai NU dan banomnya)," ucapnya.
Hadir pada peringatan Harlah GP Ansor Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, Sekjen PP GP Ansor Adung Abdul Rahman, dan Ketua DPP KNPI Noer Fajriansyah. (Husni Sahal/Fathoni)