Pameran Turats dan Arsip NU: Merawat Intelektualitas Islam, Menulis Ulang Sejarah Secara Bermartabat
NU Online · Ahad, 25 Mei 2025 | 12:30 WIB
Gresik, NU Online
Pesantren Qomaruddin bekerja sama dengan Manuskripedia.id menggelar Pameran Turats Ulama Nusantara dan Arsip Sejarah Nahdlatul Ulama, serta seminar bertema Menjawab Tantangan Zaman: dari Tradisi Sorogan hingga Turats di Genggaman, pada Sabtu-Ahad (24–25/5/2025).
Pameran Turats Ulama Nusantara dan Arsip Sejarah Nahdlatoel Oelama ini menjadi bentuk konkret dukungan terhadap penguatan literasi sejarah dan keulamaan NU di akar rumput.
Kegiatan ini menampilkan kitab-kitab karya para muassis Pesantren Qomaruddin, manuskrip kuno koleksi Manuskripedia, serta dokumen sejarah milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
Salah satu sorotan utama adalah dokumen-dokumen lama Nahdlatoel Oelama koleksi Nawaksara.id, yang selama ini jarang ditampilkan ke publik. Di antara dokumen yang dipamerkan terdapat Qanun Asasi dan AD/ART Partai Nahdlatul Ulama terbitan 1957, yang menjadi tonggak penting formalisasi organisasi NU dalam lanskap politik nasional pascakemerdekaan.
Dokumen menarik lainnya adalah catatan perdebatan antara KH Wahab Chasbullah dengan tokoh-tokoh Al-Irsyad dan Persis di Cirebon tahun 1935. Perdebatan ini menggambarkan dinamika pemikiran Islam yang terbuka dan argumentatif di antara organisasi keagamaan saat itu.
Pengunjung juga dapat menyaksikan dokumentasi peringatan Hari Lahir NU tahun 1960—yang dikenal sebagai perayaan terbesar NU di era Presiden Soekarno. Selain itu, turut dipamerkan koleksi majalah awal NU seperti Soeara Nahdlatoel Oelama, Berita Nahdlatoel Oelama, dan Soeara M.I.A.I, yang merekam aktivitas sosial dan intelektual NU dari masa penjajahan hingga kemerdekaan.
Koleksi lainnya meliputi surat-surat ulama Gresik kepada KH Hasyim Keputran, buku PD-PRT Lesbumi tahun 1965, kartu anggota NU, Muslimat, dan Sarbumusi, serta arsip Islam Funding dan sertifikat derma umat yang dikoordinasikan oleh KH Idham Chalid. Seluruh koleksi ini menunjukkan luasnya kontribusi NU di bidang sosial, budaya, dan ekonomi di tengah masyarakat Islam Indonesia.
Seminar yang menjadi bagian dari acara ini menghadirkan para narasumber yang lama bergelut dalam bidang turats dan pengarsipan. Diskusi dibuka oleh Wahyu Muryadi, Pendiri Manuskripedia dan pengurus ISNU. Ia menekankan pentingnya menggaungkan eksistensi arsip sejarah NU dan manuskrip ulama Nusantara.
“Generasi muda tidak cukup hanya tahu, tapi juga perlu memahami nilai keilmuan dan sejarah yang terkandung dalam turats dan arsip lama NU,” ujarnya.
Seminar dilanjutkan dengan paparan dari Usman Hasan Al-Akhyari dan Kholili Kholil dari Lajnah Turats Syaikhona Kholil Bangkalan, serta Mudhofar Utsman dari Ma’had Jam’iyah Ulya Universitas Qomaruddin.
Para pembicara menekankan pentingnya revitalisasi metode pembelajaran tradisional pesantren seperti sorogan, sekaligus mendorong integrasi teknologi digital untuk menjaga keberlanjutan transformasi keilmuan.
Dalam presentasinya, Mudhofar Utsman menjelaskan bahwa Pesantren Qomaruddin telah beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui digitalisasi manuskrip dan pengembangan katalog daring.
“Kami berupaya menjawab tantangan era digital dengan langkah-langkah konkret, agar warisan keilmuan para ulama tidak tergerus oleh waktu,” tuturnya.
Kholili menambahkan bahwa pelestarian turats bukan sekadar menyimpan fisiknya, tetapi juga melalui kajian ilmiah seperti tahqīq naskah—verifikasi akademik terhadap manuskrip klasik. Menurutnya, turats perlu dihidupkan dalam wacana keilmuan kontemporer.
Diskusi semakin menarik dengan kehadiran Ayung Notonegoro, Ketua Komunitas Pegon, yang menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam merawat khazanah turats sebagai bagian dari identitas intelektual pesantren.
“Turats bukan milik satu lembaga, melainkan warisan bersama umat yang harus kita rawat secara kolektif,” ujarnya.
Sebagai penutup sesi diskusi, Usman Al-Akhyari mengajak semua pihak untuk aktif memungut kembali warisan keilmuan para ulama terdahulu dan mengembangkannya sesuai kebutuhan zaman. Baginya, turats adalah fondasi yang terus memberi arah dalam dinamika intelektual dan spiritual umat.
Selain seminar dan pameran, acara ini juga menjadi momentum penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Manuskripedia, Tim Pelestari dan Pengembangan Khazanah Pesantren (TPPKP) Qomaruddin, serta Universitas Qomaruddin. Kerja sama ini bertujuan memperkuat komitmen pelestarian manuskrip melalui digitalisasi, penelitian, dan publikasi turats yang ada di lingkungan pesantren.
Kegiatan ini menjadi penanda pentingnya kesadaran kolektif akan pelestarian sejarah dan warisan intelektual Islam. Tak hanya menghadirkan artefak dan dokumen bersejarah, kegiatan ini juga membuka ruang dialog dan kolaborasi antarlembaga untuk menyusun narasi sejarah NU secara berdaulat.
Dengan keterlibatan aktif Pesantren Qomaruddin dan Manuskripedia, inisiatif ini menunjukkan bahwa pelestarian turats bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan langkah strategis untuk membangun masa depan keilmuan Islam—berpijak pada tradisi, sekaligus terbuka terhadap tantangan zaman.
Kontributor: Diaz Nawaksara
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
5
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
6
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
Terkini
Lihat Semua