Nasional

Ketum PBNU Hadiri Halaqah Ulama Muda di Garut

Selasa, 9 April 2019 | 01:35 WIB

Garut, NU Online
Dalam menyambut haul KH Muhammad Umar Basri bin KH Muhammad Adzro'i yang ke-86 dan Harlah Pondok Pesantren Fauzan 1 Sukaresmi-Garut yang ke-169, Pengurus Pondok Pesantren Fauzan mengadakan halaqah ulama muda NU Jawa Barat, Ahad lalu.

Peringatan ini juga untuk meng-upgrade ulang pemikiran ulama muda dalam menghadapi tantangan zaman bagi pengurus pondok dan ajengan-ajengan muda yang ada di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut.

Halaqah ini dihadiri oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sekaligus pemateri utama dalam halaqoh tersebut. Kiai Said menyampaikan bagaimana proses penyebaran Islam diterima oleh Bangsa Indonesia dahulu, salah satunya karena kecerdasan para wali di Nusantara.

“Salah satunya karena para wali mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia dengan belajar Al-Qur’an,” jelasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini menceritakan bagaimana masyarakat Nusantara dulu yang menganut agama hindu membuat pengklasifikasian atau strata dalam masyarakat, mulai dari Kasta Brahma, Ksatria, Waisya dan Sudra.

"Kasta Brahma di agama hindu merupakan orang yang paham kitab weda, selain dari pada mereka dilarang memahami isi kandungan kitab suci weda itu. Mereka hanya cukup diwajibkan mengikuti para pendeta tetapi tidak boleh ikut belajar memahami kitab,” terang Kiai Said.

Namun ketika Islam datang, lanjutnya, semuanya berubah. Karena semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk bisa memahami Kitab Suci Al-Qur’an. Maka Pesantren khususnya orang tua wajib mengajarkan Al-Qur’an kepada santri dan anak-anaknya, minimal bisa (surat) Al-Fatihah.

Selain itu, Kiai Said menjelaskan bagaiaman agama Islam diterima oleh bangsa Indonesia. "Dulu yang hanya boleh menyebut ingsun (saya) di tanah Jawa, hanya bisa diucapkan oleh raja. Selain daripada itu dilarang. Namun ketika para wali datang membawa agama Islam, mereka mengajarkan agama Islam dengan kata Ingsun.

“Seperti niat sholat atau wudhu nawaitul wudlua, niat sopo ingsun sehingga banyak masyarakat merasa dihargai maka mereka berduyun-duyun masuk Islam karena merasa memiliki martabat yang sama dengan raja,” tutur Kiai Said.

Dalam kegiatan tersebut hadir Stafsus Presiden KH Adbul Ghaffar Rozin yang juga Ketua RMI PBNU, Ketua PCNU Garut KH Atjeng Abdul Wahid, Mustasyar PCNU Garut KH A. Mimar Hidayatullah dan KH. A. Aam Umar 'Alam, KH. Rifki Muhammad Fatkhi, KH Yayan Bunyamin, KH A. Muhammad Ali serta KH A. Aup Fauzani Rais dan Ketua Tanfidzian MWCNU Sukaresmi, Pengurus PCNU Garut, perwakilan MWCNU NU se-Garut berserta Banomnya, juga peserta dari berbagai daerah yang hadir dari wilayah Jawa Barat. (M. Salim/Fathoni)


Terkait