Nasional

Ketum PBNU Imbau Nahdliyin Tak Tinggal Diam di Medsos

Kam, 18 Oktober 2018 | 14:27 WIB

Ketum PBNU Imbau Nahdliyin Tak Tinggal Diam di Medsos

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengimbau warga NU agar tak tinggal diam di media sosial jika ada pihak yang melakukan propaganda menjelekkan, menyalahkan, bahkan mengkafirkan cara berpikir, bergerak dan amaliah Ahlussunah wal Jamaah NU. 

Karena, Ahlussunah wal Jamaah NU merupakan ashabul haq (kebenaran) yang memiliki sanad atau rantai keilmuan yang terhubung kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wa salam. 

NU, menurut Kiai Said, memiliki sanad kepada tokoh-tokoh yang jenius seperti Imam Syafi'i, Imam Asy'ari, Imam Ghazali, dan KH Hasyim Asy'ari.

"Nahnu ashabul haq. Jadi, warga Nahdliyin harus tanggapi propaganda mereka di media sosial," tegas Kiai Said di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).

Menurutnya, Imam Syafi'i merupakan tokoh yang jenius karena berhasil menggabungkan antara nash (dalil tekstual) dan akal. 

"Orientalis pun menganggap Imam Syafi'i jenius, penggagas ushul fiqih. Menggabungkan antara nash dan akal. Kita pengikut Imam Syafi'i harus bangga, nahnu ashabul haq, jangan minder," ucapnya.

Begitu juga dengan Imam  Abu Hasan Al Asy'ari. Kiai Said mengatakan, Imam Asy'ari  berhasil menciptakan konsep tentang sifat-sifat Allah yang dua puluh dan meletakkan sifat wujud menjadi sifat pertama Allah.  

"Itu hasil produk kecerdasan Imam Asy'ari," jelas kiai kelahiran Kempek Cirebon, Jawa Barat itu.

Sementara Imam Ghazali dikenal dengan produktivitas tulisannya yang berhasil menyusun banyak kitab tentang berbagai disiplin ilmu, seperti menulis kitab fiqih, ushul fiqih, ilmu kalam, akhlak, tasawuf, dan filsafat.

Terakhir, KH Hasyim Asy'ari yang dianggap cerdas atas jargon hubbul wathan dari iman-nya. Menurut Kiai Said, jargon tersebut berhasil mengharmoniskan hubungan antara agama dan nasionalisme. 

"Kita sudah mengharmoniskan antara agama dan nasionalisme, tidak lagi berhadapan antara agama dan nasionalisme," ucapnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait