Bekasi, NU Online
Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute, M Imdadun Rahmat menyatakan, sekitar enam persen dari jumlah penduduk Indonesia saat ini diduga siap menjadi calon pengantin atau melakukan bunuh diri demi tegaknya sistem khilafah.
Demikian diungkapkan mantan Ketua Komnas HAM RI itu pada acara Silaturrahmi Ulama Kampung se-Bekasi Raya, di aula An-Nadwa Islamic School, Kabupaten Bekasi, Jawa barat, Rabu (26/12).
Ia melanjutkan, keberadaan kelompok Islam garis keras yang ingin menegakkan khilafah itu diduga telah menyusun kekuatan sejak 1970-an.
"Strategi yang mereka lakukan itu adalah melalui dakwah di kampus-kampus dengan modal terjemahan al-Qur'an berbahasa Indonesia saja," jelas dosen Pascasarjana di Universitas Indonesia ini.
Mereka, lanjut Imdadun, mengelabuhi mahasiswa dengan modal pengetahuan agama Islam yang sangat dangkal. Implikasinya adalah menganggap Pancasila sebagai toghut yang harus diganti dengan sistem khilafah yang dianggap berdasarkan ajaran Islam.
"Karena dengan mudahnya mereka mengkader mahasiswa, maka tidak mengagetkan jika penganut ajaran khilafah telah menyusup ke segala lini. Termasuk ke dalam lembaga pemerintahan dan partai politik," terangnya.
Acara yang bertema Revitalisasi Peran dan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Pertahanan dan Kemakmuran NKRI itu dihadiri sekitar 500 ulama kampung se-Bekasi Raya.
Selain itu hadir pula beberapa tokoh, kiai, dan ulama. Di antaranya Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU, KH Mansyur Syaerozi, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Hasan Nuri Hidayatullah, Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bekasi, KH Wawan Aunillah Kamil, dan Ketua PCNU Kabupaten Bekasi KH Bagus Lukhito.
Tokoh muda NU Bekasi Kiai Munawar Fuad dan Pimpinan an-Nadwa Islamic School KH Ahmad Sauki juga turut hadir. (Khaifah IP/Aru Elgete/Ibnu Nawawi)