Kurir Langit Penjemput Koin NU Cilacap: Cerita dari Workshop Jurnalistik Filantropi NU Online
Sabtu, 24 Mei 2025 | 12:00 WIB

Taufif Ari Prasetyo, petugas Koin NU menceritakan semangatnya berkhidmah untuk Koin NU. (Foto: LTN NU Cilacap)
Cilacap, NU Online
Suasana Workshop Jurnalistik Filantropi yang digelar oleh NU Online terasa meriah ketika sesi nonton bareng (nobar) film dokumenter, Jumat (23/5/2025) malam. Ada dua film yang diputar yaitu diproduksi NU Care-LAZISNU Cilacap Jawa Tengah dan NU Care-LAZISNU Bantul.
Film pertama yang diputar berjudul Samudra Arha Seva atau Pengabdian Kemanuusian dan Laut yang disutradari Hudaya Ayyuhannas, staf media NU Care-LAZISNU Cilacap. Film ini mengangkat kisah inspiratif tentang sosok di balik layar gerakan filantropi NU—seorang penjemput kotak infak (Koin) NU bernama Taufif Ari Prasetyo.
Film ini menyajikan kisah nyata dengan cara yang sederhana, namun menyentuh. Proses produksinya pun tak memakan waktu lama—hari pertama digunakan untuk ngobrol dan merumuskan konsep cerita, dan dua hari kemudian, proses pengambilan gambar selesai hanya dalam setengah hari. Cepat, namun sarat makna.
Dalam dokumenter tersebut, Taufik menceritakan perjalanan hidupnya. Sehari-hari ia bekerja sebagai nelayan. Namun sejak 2021, ia juga menjadi bagian dari gerakan Koin NU sebagai PLPK (Petugas Lapangan Penjemput Koin NU), khususnya di wilayah Kecamatan Cilacap Selatan.
Selain aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor, ia konsisten menjalankan peran sebagai kurir langit, istilah yang marak disebut oleh para PLPK di NU Care-LAZISNU Cilacap. Kurit langit aktif menjemput amanah dari para munfiq (orang-orang yang berinfaq) dan menyalurkannya kepada yang membutuhkan.
"Alhamdulillah, ini menjadi wasilah bagi para munfiq untuk menyalurkan infaq mereka melalui Koin NU," ujar Taufik dengan penuh syukur.
Menurutnya, NU memiliki banyak program sosial yang luar biasa, namun dalam aspek penyampaian pesan media, masih tertinggal dibanding lembaga-lembaga filantropi lain. Karena itulah, ia sangat mengapresiasi peserta Workshop Jurnalistik ini.
"Harapan saya, kegiatan ini bisa meningkatkan publikasi filantropi LAZISNU dan menyuarakan kepedulian yang selama ini telah kita lakukan dalam diam," tuturnya.
Melalui film dokumenter ini, semangat filantropi yang tumbuh di tengah masyarakat akar rumput kembali disuarakan. Menuliskan kebaikan dan menyebarkan nilai kepedulian menjadi pesan utama dari cerita ini—sebuah karya sederhana, namun punya daya gugah luar biasa.
Hudaya Ayyuhannas, sutradara film menceritakan film berdurasi 5 menit tersebut melalui proses syuting selama 1 hari. "Kami wawancara narasumber, lalu melihat langsung kehidupan mereka sebagai local hero dengan menjadi Petugas Lapangan Penjemput Koin," kata Annas terkait film yang pengerjaanya dilakukan melibatkan 2 kru lainnya yaitu, Rayhan dan Fajar.
Soal kesultan produksi, Annas mengatakan lebih terkait cuaca yang kadang mendung kemudian mendadak panas. "Lokasinya di Teluk Penyu," kata Annas.
Ia bersyukur pengerjaan film berjalan lancar dan dapat disajikan di hadapan peserta workshop malam itu.
Film kedua yang diputar adalah dokumentar Koin NU Bantul. Film ini menceritakan kinerja Koin NU sejak pertama diluncurkan, dan berbagai kemanfaatannya bagi masyarakat. Antara lain pengadaan ambulans yang melayani masyarakat.