Nasional

Lakpesdam PBNU Jabarkan Prinsip NU Jaga Amaliah dan Pemikiran Aswaja

Senin, 29 April 2019 | 16:15 WIB

Lakpesdam PBNU Jabarkan Prinsip NU Jaga Amaliah dan Pemikiran Aswaja

H. Marzuki Wahid

Jakarta, NU Online
Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU), H Marzuki Wahid menjabarkan perbedaan fikrah (pemikiran) dan harakah (pergerakan) yang menjadi prinsip NU dalam mempertahankan ideologi Ahlusunah wal-Jamaah (Aswaja). Ia menjelaskan, pribadi NU yang utuh bukan sekedar dinilai pada amaliahnya namun pada fikrohdan harokahnya.
 
"Tiga tiganya harus an-nahdyiyah artinya sesuai dengan prinsip prinsip dasar dan nilai-nilai ke NU-an atau dasar-dasar ke NU-an, itu disisi amaliah.  Jelas, NU itu selalu berbasis tradisi, mengaitkan antara aqli, naqli dan waqi'i," kata H Marzuki Wahid dihubungi NU Online di Jakarta, Senin (29/4).
 
Tradisi tersebut ujar dia, misalnya warga NU masih melakukan Muludan, Marhabanan, bajanjian, dan qunut. Amaliah yang dirawat dan dijaga oleh masyarakat tersebut, lanjut H Marzuki, adalah bagian dari  qosois  atau ciri khas NU dari sisi amaliah.
 
"Nah Fikrohnya NU an-nahdiyah ada lima, fikrah  tawasutiyah (pola berpikir yang moderat) fikrah tasamuhiyah  (pola pikir yang toleran), fikroh islahiyah (pola pikir yang reformatif), fikrah tatrawiyah  (pola pikir transformatif)  dan fikroh mu'tabaroh (pola pikir yang metodologis)," ujarnya.
 
H Marzuki menambahkan, atas dasar itu maka cara berfikir warga NU harus sesuai dengan lima fikrah yang sudah dibangun oleh ulama Aswaja tersebut. Upaya itu dilakukan agar Nahdliyin di seluruh dunia tidak kaku tetapi dinamis.
 
"Ini harus menjadi cara berpikir orang NU, sehingga orang NU tidak jumud, tidak kaku, tidak hitam putih tetapi justru dinamis karena ada islahiyahالاصلاح الى ما هو الاصلح ثم الاصلح فالاصلح jadi terus menerus memperbaiki keadaan," katanya menegaskan.
 
Kemudian, fikrah warga NU yaitu reformatif dan mu'tabarah. Reformatif yaitu  mampu mengubah diri sampai mencapai cita cita NU dan mu'tabarah  maksudnya memiliki metodologi yang jelas.
 
Sementara itu, harakah-nya NU yaitu turunan dari fikrah yang sudah dibahas di atas, harokah tersebut adalah tawasuth, (moderat) tawazun (seimbang), tidak ekstrim kanan tidak ekstrim kiri artinya tidak berat sebelah, selalu mengedepankan keadilan dan kesetaraan.
 
Harokah selanjutnya adalah i'tidal (tegak lurus), maksudnya, warga NU tidak boleh mencla mencle harus teguh dalam suatu prinsip. Lalu, harakah keempat yaitu taadl yaitu bersifat adil, warga NU tentu harus bersikap adil dalam merespon berbagai persoalan.
 
"Prinsip yang lain adalah assidqu (jujur) الأمان وفات العدل terpercaya dan tepat janji. Kelima, attaawun (solidaritas) yaitu tolong menolong, gotong royong, dan konsisten. Nah  itulah harokah NU yang utuh," tuturnya. (Abdul Rahman Ahdori/Abdullah Alawi)


Terkait