Jember, NU Online
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sungguh menarik bagi mahasiswa asing. Paling tidak, itulah yang dirasakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sulfa Mani Lazim. Di mata pria kelahiran Thailand 3 Juli 1999 itu, Indonesia bak sepotong surga yang turun dari langit. Aroma ‘surga’ tersebut, bahkan tercium hingga ke mancanegara. Kehidupan keagamaannya cukup kondusif meski banyak agama. Sikap moderat bangsa dan kokohnya kerukunan antar umat beragama menjadi point penting yang menempatkan Indonesia sebagai negara aman dan damai.
“Saya betul-betul angkat topi untuk Indonesia, salut,” tukas Sulfa kepada NU Online di kompleks Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ahad (16/6).
Bukan tanpa alasan Sulfa mengatakan seperti itu. Sebab, ia pernah cukup lama menghirup udara Indonesia, tepatnya ketika mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Nuris yang lulus tahun lalu (2018).
“Saya mengamati dan merasakan langsung betapa kehidupan keagamaan di Jember (Indonesia) cukup bagus, dan itu yang membuat saya terkesan dan kerasan,” lanjutnya.
Kopndisi tersebut, katanya, berbeda dengan negara lain yang penduduk non Muslimnya adalah mayoritas. Di situ untuk mengekpresikan ajaran agama tidak sebebas di Indonesia yang nota bene Muslim sebagai penduduk mayoritas.
“Makanya kita apresiasi Indonesia,” cetusnya.
Sulfa mengaku bersyukur bisa menempuh pendidikan di Indonesia dan bersahabat dengan warga Indonesia. Hal tersebut diakuinya sering melahirkan inspirasi saat menjadi nara sumber dan sebagainya.
Dikatakan Sulfa, beberapa hari lalu dirinya diminta untuk menjadi nara sumber dalam seminar internasional yang digelar oleh Ma’had Al-Jami’iyah (Mabna) UIN Syarif Hidayatullah. Dalam seminar yang dihelat dalam rangka Cross Cultural Understanding & International Festival Culture 2019 itu, Sulfa mengangkat tema Culture Understanding in Religious Moderation.
“Di situ saya menyamapaikan soal moderasi beragama di Indonesia sekaligus peran ISA. Ya, lagi-lagi pengalaman langsung saya tinggal di Indonesia, berinteraksi dengan masyarakat, sangat membantu pemahaman saya tentang itu,” urainya. ISA kepanjangan dari International Student Association, yang Sulfa sendiri didapuk sebagai presidennya. (Aryudi AR).