Nasional

Ormas Islam dan Lembaga Pendidikan Harus Persempit Habitus Teroris

Sabtu, 16 Maret 2019 | 04:30 WIB

Ormas Islam dan Lembaga Pendidikan Harus Persempit Habitus Teroris

Imdadun Rahmat, Direktur SAS (Ist.)

Jakarta, NU Online
Terorisme membutuhkan waktu dan ruang sebagai habitus yang mendukung gerakannya. Di sinilah peran organisasi masyarakat Islam dan lembaga pendidikan untuk mempersempit habitus itu.

"Itu tanggung jawab NU, Muhammadiyah, lembaga pendidikan, bagaimana mempersempit ruang gerak dari kelompok yang menyebarkan budaya kekerasan itu," kata M Imdadun Rahmat, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 5, Pegangsaan, Jakarta, Jumat (15/3).

Imdad menjelaskan bahwa setidaknya ada dua kelompok yang menyediakan habitus terorisme itu. Pertama, kelompok agama atau organisasi yang cenderung kepada menghalalkan kekerasan, yang simpati pada terorisme, sering menggelorakan jihad qital atau perang tanpa konteks yang benar menurut ajaran Islam.

"Inilah yang menjadi ruang hidup utama dari kelompok teroris ini," jelasnya.

Selain itu, kelompok kedua yang mendukung habitus terorisme adalah yang gemar menyebarkan kebencian terhadap perbedaan.

"Pendukung berikutnya adalah kelompok intoleran yang menyebarkan kebencian terhadap perbedaan, perbedaan agama, ras, dan sebagainya," ujar Direktur SAS Institute itu.

Prasangka dan kebencian pada yang berbeda itu, menurutnya, menjadi semacam amunisi atau bensin dari budaya kekerasan yang puncaknya pada tindakan teror.

Melihat hal tersebut, Imdad menegaskan terorisme akan tetap ada jika habitusnya masih dirawat.

"Kalau tempat hidup ini masih ada, meskipun ditangkapi itu akan terus ya patah tumbuh hilang berganti," katanya.

Oleh karena itu, mengingat tindakan teror itu dibentuk dengan kerangka pemahaman agama, maka melalui agama juga harus menebarkan pemahaman damai.

"Maka harus ditumbuhkan pemahaman keagamaan yang damai, yang sesuai dengan ajaran Islam yang hakiki," pungkasnya. (Syakir NF/Muhammad Faizin)


Terkait