Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU) Muhammad S Ni’am mengaku mengatakan bahwa tugas organisasinya lebih kepada mengelola sumber daya manusia lulusan dari Perguruan Tinggi kesehatan atau kedokteran.
Pasalnya, sebelumnya telah ada organisasi yang mengurusi rumah sakit, yakni Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu) dan terdapat pencetak dokter, yaitu Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan Nahdlatul Ulama (Aptikesnu).
“Jadi ada yang mengelola Rumah Sakit NU, ada yang memproduksi dokter dan tentu juga ada yang mengelola mereka setelah lulus menjadi dokter sebagai sumber daya (yaitu PDNU),” kata Ni’am kepada NU Online pada acara pengukuhan PP PDNU di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (26/11).
Sumber daya itu, sambung Ni’am, diharapkan bisa bersama-sama bersinergi dengan program-program PBNU untuk membangun manusia seutuhnya di bidang kesehatan sehingga bisa ditempatkan ke Arsinu.
“Dokter-dokter NU tetap menjadi dokter yang santun, santri, yang selalu mempertahankan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah,” ucapnya.
Dalam upayanya memperbanyak jumlah dokter di NU, Ia menargetkan dalam waktu dekat bisa merekrut 30 ribu dokter, bahkan 56 ribu dokter untuk bergabung ke PDNU.
PDNU akan menjadi wadah pembinaan dan bergerak bersama-sama dalam mempertahankan perjuangan yang dilakukan PBNU dan menjadikan dokter yang bergabung di PDNU sebagai dokter santun.
Baginya, kesantunan pada diri dokter merupakan sebuah keharusan karena dokter ialah satu-satunya profesi yang bisa menembus batas-batas privasi, seperti seorang dokter bias mengetahui privasi seorang istri yang bias jadi tidak diketahui oleh suaminya.
“Jadi, privasi itu bisa ditembus oleh dokter. Kalau dokter tidak memiliki profesionalisme tentu akan banyak persoalan. Oleh karena itu, dokter-dokter yang santri, yang santun diharapkan bias menjaga itu semua,” jelasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)