Pentingnya Niat sebagai Pondasi Aktivitas Sehari-Hari
NU Online · Senin, 16 Juni 2025 | 20:00 WIB
Syifaul Qulub Amin
Kolomnis
Dalam Islam, niat bukan hanya sebagai awal permulaan setiap ibadah, bukan juga sebagai pembeda antara amalan yang bernilai ibadah atau adat, melainkan sebagai pondasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap umat Islam. Bahkan, niat bisa mengubah aktivitas sehari-hari yang awalnya tak bernilai ibadah menjadi sebuah aktivitas bernilai ibadah. Sebaliknya, terkadang aktivitas yang bernilai ibadah akan hilang nilai-nilai ibadahnya jika niatnya salah atau buruk.
Dengan alasan inilah, Islam sangat memerhatikan niat seorang Muslim dan menganggap niat sangat penting dalam segala urusan. Melihat bahwa niat sangat penting dalam ajaran Islam, beberapa ulama sampai mengarang kitab khusus membahas seputar niat, salah satu ulama yang menyoroti permasalahan niat adalah Syekh Sa'd Muhammad Al-Hadhramî (w 1432 H) yang dituangkan dalam sebuah kitab yang diberi judul Kitâbun Niyyât.
Profil singkat penulis
Nama beliau adalah Muhammad bin Alawî bin Umar bin Aidrus bin Alawî bin Abdullah bin Alawî bin Abdullah bin Al-Hasan. Lahir di Tarim, Hadramaut pada 1301 H bertepatan dengan 1933 M dan wafat pada hari Kamis bulan Dzul Qa'dah 1432 H atau bertepatan dengan bulan Oktober tahun 2011 M. Dikebumikan di pemakaman Zambal pada waktu Asar pada hari Jumatnya.
Selain dikenal sebagai ulama yang alim, beliau juga terkenal dengan ulama yang saleh, zuhud, dan wara’. Semua kedudukan ini tidak lepas dari didikan ayahnya. Beliau mendapatkan pendidikan langsung dari sang Ayah dan beberapa ulama Tarim, khususnya di Ribath yang masyhur dengan tempat para ulama dan wali.
Selain itu, karya-karya tulis beliau juga terhitung banyak. Di antara buah tangan beliau adalah:
- Al-‘Âyâtul Mutasyâbihât wal Mutamâtsilât wal Mutaqâribât;
- Mukhtarâtun min Kalâmil Imâm Al-Haddâd;
- Khawwâshu Asmâ‘il Husnâ;
- Fadlâ‘ilu Lâ Ilâha Ilallâh;
- ‘Ilâjun Nisyân;
- Kaifa Takûnu Ghaniyyân;
- As-Sunanul Mahjûrah.
Mengenal Kitâbun Niyyât
Kitâbun Niyyât ini merupakan salah satu karya beliau yang cukup unik dan penting untuk dibaca. Unik sebab tidak banyak satu kitab yang hanya membahas satu tema yang sangat spesifik. Bisa dikatakan bahwa kitab ini hanya mengandung satu tema saja, yakni tentang niat.
Dalam Islam, niat menjadi tema penting untuk dibaca dan dipelajari karena niat merupakan tolok ukur diterimanya suatu ibadah, menjadi perantara amal ibadah dilipatgandakan, dan berfungsi sebagai pengangkat derajat.
Aktivitas sehari-hari seorang Muslim, disebutkan dalam mukadimahnya pentahqiq kitab ini, dipandang dari sudut keterkaitannya dengan niat, ada empat bagian, yakni: [1] aktivitas yang bernilai ketaatan; [2] aktivitas mubah; [3] aktivitas yang dianggap sia-sia oleh syariat; dan [4] aktivitas yang bertentangan dengan syariat.
Dalam aktivitas nomor 4, niat sama sekali tidak memiliki ruang untuk masuk. Artinya, jika aktivitas tersebut sudah masuk kategori kejahatan, misalnya, maka tidak akan berubah menjadi aktivitas baik walaupun di dalamnya ada niat baik. Inilah yang dimaksud niat tidak memiliki ruang.
Sedangkan untuk aktivitas yang nomor 3, memang sudah masuk kategori aktivitas tidak memiliki niat. Oleh karena itu, para ulama menyamakan aktivitas ini dengan aktivitasnya binatang-binatang yang sama sekali tidak bernilai apapun, sia-sia. Namun demikian, aktivitas ini tidak sampai pada aktivitas yang bernilai kemaksiatan seperti aktivitas nomor 4. Sederhananya, masih terkategori aktivitas mubah.
Dengan demikian, pembahasan niat yang akan disajikan dalam kitab ini adalah khusus untuk aktivitas nomor 1 dan 2. Sebab, untuk aktivitas nomor 3 dan 4, niat tidak memiliki ruang untuk masuk, sebagaimana penjelasan di muka.
Pentingnya Niat dalam Ibadah
Syekh Sa'd Al-Hadrami mengawali kitab ini dengan sedikit mukadimah. Setelah penyampaian basmalah, hamdalah, dan shalawat sebagaimana lazimnya mukadimah kitab, beliau juga menginformasikan bahwa kitab ini diterjemahkan ke dalam 5 bahasa dan sangat diterima baik oleh masyarakat.
Di akhir mukadimah tersebut ada kutipan menarik yang menurut pentahqiq kitab ini, Dr. Luqmanul Hakim, merupakan kalam Imam Abi Sahal bin Abdullah. Berikut redaksinya:
وَمَنْ فَتَحَ عَلِى نَفْسِهِ بَابَ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ فَتَحَ اللهُ لَهُ سَبْعِيْنَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ التَّوْفِيْقِ
Artinya: “Setiap orang yang membuka satu pintu niat baik bagi dirinya, niscaya Allah akan membuka 70 pintu taufik baginya.” (halaman 17).
Dari kutipan ini kita bisa melihat bahwa niat baik merupakan pintu gerbang menuju pertolongan Allah SWT. Cukup dengan satu niat baik, 70 pintu pertolongan Allah atau taufik akan dibuka oleh-Nya.
Setelah mukadimah, selanjutnya beliau menguraikan dan mengutip dari hadits dan komentar para ulama tentang pentingnya niat. Di antara hadits yang beliau kutip sebagai berikut.
Hadits pertama,
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ آمْرِئٍ مَا نَوَي
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya setiap orang (akan mendapatkan balasan dari) apa yang diniatkannya.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).
Hadits kedua,
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ : إِنَّمَا يُبْعَثُ النَّاسَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Manusia akan dibangunkan (dari kuburnya) sesuai dengan niat-nia mereka.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Hadits ketiga,
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘niatnya seorang mukmin lebih baik daripada amalnya.” (HR Imam Tabrani).
Penjelasan hadits ketiga ini, kata beliau, alasan kenapa niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya, karena niat adalah amalan hati, dan hati merupakan paling mulianya anggota badan. Dengan demikian, amalnya hati lebih baik daripada amalnya anggota badan lainnya.
Selain alasan ini, beliau menambahkan, bahwa niat bisa bermanfaat tanpa adanya amal, tapi tidak dengan amal. Amal bisa bermanfaat apabila di dalamnya terdapat sebuah niat. Dalam hadits dikatakan:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا الله عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘setiap orang yang berniat satu kebagusan, lalu dia tidak mengamalkan (niatnya tersebut), Allah menulis satu kebagusan sempurna di sisi-Nya.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Dan di antara kutipan Syekh Sa'd mengenai komentar para ulama tentang pentingnya niat sebagai berikut.
“Belajarlah (tentang) niat. Sebab, niat lebih baik daripada amal.” (Imam Yahya bin Abi Katsir)
“Sungguh saya senang di setiap (aktivitasku) terdapat sebuah niat (bagus), sampai minum dan makan pun begitu.” (Imam Zabib Al-Yamî)
“Pandangan saya bahwa semua kebagusan ada pada niat yang bagus.” (Imam Daud At-Thâ‘i)
“Banyak sekali amal kecil dibesarkan oleh niat. (Begitu juga sebaliknya), banyak sekali amal besar dikecilkan oleh niat.” (Imam Ibnu Mubarak)
Gaya Penulisan Mudah Dipahami
Tidak heran bahwa kitab ini banyak diterima oleh masyarakat dan bahkan telah diterjemahkan ke dalam 5 bahasa, sebagaimana informasi dari beliau langsung di mukadimahnya. Selain alasan tema niat sangat penting, alasan lainnya adalah gaya penulisan yang sistematis dan diksi bahasa mudah dipahami.
Misalnya, di akhir Kitâbun Niyyât, disebutkan beberapa niat yang dianjurkan saat membaca surat Yasin. Niat-niat tersebut terangkum sebagaimana berikut:
- Niat untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa;
- Niat supaya aib-aib ditutupi;
- Niat supaya terhindar dari segala kejelekan;
- Niat supaya keimanan dan keyakinan semakin kuat;
- Niat untuk mendapatkan barakah, baik umur, waktu, rezeki, dan rahmat dari-Nya; dan
- Niat supaya sifat tercela dicabut dari hati. Seperti sifat munafik, riya', dengki, unek-unek jelek.
Di samping niat ini, seyogianya juga berniat supaya:
- Dipermudah segala urusan kita;
- Dilembutkan hati kita;
- Dikuatkan akal; cerdas;
- Dimatikan dengan cara baik; husnul khatimah; dan
- Dipermudah dalam melahirkan bagi wanita yang hamil.
Selanjutnya, selain niat yang telah disebutkan, bagi setiap muslim hendaknya niat supaya:
- Mendapatkan ketenangan hati, kebahagiaan, dan ketentraman;
- Mendapatkan syafaat, baik dari nabi dan waliyullah;
- Mendapatkan futûh;
- Dapat membayar utang; dan
- Dapat bertaubat dengan "taubatan nashûha".
Setelah Syekh Sa'd menguraikan niat-niat yang dianjurkan saat membaca surat Yasin, lalu beliau mengutip hadits:
من زار قبر والديه أو أحدهما في كل جمعة، فقرأ عندهما يٓس، غفر الله له بعدد كل حرف منها
Artinya: "Siapa saja yang berziarah kepada pesarean kedua orang tuanya, atau salah satunya setiap Jum'at, kemudian ia membaca surat Yasin di sisinya, maka ia mendapatkan maghfirah dari Allah sebanyak hitungan huruf dari surat Yasin."
Jadi, seperti contoh di atas, secara penulisan kitab ini secara konsisten bersistem seperti ini. Pertama beliau mengurai ada berapa niat yang dianjurkan ketika membaca surat Yasin, ada 16 niat misalnya. Lalu dari setiap 16 niat tersebut disebutkan ayat Al-Qur'an, hadits, atau penjelasan ulama terkait kenapa dianjurkan berniat sedemikian.
Sebagai penutup, kalam Ibnul Hâj berikut bisa dibuat renungan:
“Manusia paling agung derajatnya dan paling banyak kebaikan dan barakah diamnya, yaitu mereka yang setiap gerak dan diamnya selalu bersama niatnya. Dengan pengertian ini, tampak perbedaan antara kita dan para ulama salaf—semoga Allah meridhai mereka semua.
“Para ulama salaf sangat memerhatikan niat baik. Setiap gerak dan diam mereka bernilai ibadah (karena niat mereka). Sedangkan, kita hari ini beribadah hanya ketika shalat, berzakat, berpuasa, haji, dan berjihad mencari ilmu.
“Selain aktivitas yang telah disebutkan, aktivitas kita terbagi. Sebagian dari kita ada yang aktivitasnya niatnya karena dunia, ada niatnya istirahat, bahkan ada lupa tidak berniat sama sekali. Dengan demikian, tampaklah perbedaan kita dengan para ulama salaf.” (halaman 9-10)
Identitas Kitab
Judul: Kitâbun Niyyât
Penulis: Muhammad bin Alawî bin Umar bin Aidrus bin Alawî bin Abdullah bin Alawî bin Abdullah bin Al-Hasan
Penerbit: Maktabah At-Turmusy Litturots, Jakarta
Cetakan II: 2021
Syifaul Qulub Amin, Peserta Kelas Menulis Keislaman NU Online Batch 2, Alumni PP Nurul Cholil, dan Editor Website PCNU Bangkalan.
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua