Nasional

Politisasi Agama Dinilai Cara Berpolitik yang Tidak Bermartabat

Selasa, 9 April 2019 | 04:30 WIB

Politisasi Agama Dinilai Cara Berpolitik yang Tidak Bermartabat

Romo Magnis Suseno (kanan)

Jakarta, NU Online
Pemilihan umum tinggal menghitung hari. Para politikus berlomba-lomba menarik simpati masyarakat agar memilih partainya, calon legislatif (caleg), bahkan calon presiden dan calon wakil presiden yang diusungnya. Tak jarang, dalam upaya meraih tujuan politiknya, para politikus menghalalkan segala cara, termasuk mempolitisasi agama.

Fenomena politisasi agama yang sering dipertunjukkan para politikus sangat disayangkan Franz Magnis Suseno. Pria yang kerap disapa Romo Magnis ini menyatakan bahwa orang yang beragama seharusnya dalam berpolitik menggunakan cara-cara yang bermartabat.

"Tentu kita berpolitik sebagai orang beragama mestinya berpolitik secara bermartabat, tetapi tidak dengan memanfaatkan agama untuk kepentingan politik," kata Romo Magnis saat mengisi diskusi bertajuk Cerdas Membangun Moderasi Beragama di Gedung Kementerian Agama Jalan MH Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/4).

Romo Magnis sendiri mengaku dalam beberapa undangan di acara Katolik, tidak pernah menggiring penganut Katolik untuk memilih partai politik, caleg, atau Capres-Cawapres tertentu, tetapi dirinya hanya berpesan agar menjadi orang Katolik yang baik, yakni dalam berpolitik tidak menyeret-nyeret agama.

"Perbedaan politik boleh, ada yang mendukung Jokowi berdebat hebat, apakah mau memilih Prabowo atau sebaiknya, tetapi tidak atas dasar agama," ucapnya.

Hal ini diutarakan karena dinilainya sangat penting agar tidak ada salah satu pihak yang memonopoli agama dan menyalahkan pihak lain. "Saya kira (memonopoli agama) itu tidak hanya salah, tapi itu agak sedikit menyerempet pelecehan," ucapnya.

Ia menyatakan, semua orang yang terlibat dalam hiruk-pikuk politik merupakan orang yang beragama. Sehingga dirinya berharap, seusai pemilihan umum, semua pihak kembali menjalin hubungan dengan baik. (Husni Sahal/Muiz


Terkait