Jakarta, NU Online
Terorisme bermula dari kebencian yang bersarang di hati. Ia menyerang siapapun di belahan dunia manapun. Jika di Indonesia menyerang non-Muslim, di tempat lain Muslim menjadi korban.
Karenanya, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) M Imdadun Rahmat mengajak kita semua agar bersama-sama mengembangkan perdamaian dan mengurangi kebencian.
"Jadi kalau kita ingin hidup damai sebagai umat manusia di manapun berada, kita harus sama-sama mengembangkan budaya perdamaian, mengurangi prasangka kebencian antaragama, antarkelompok, antarras," katanya saat ditemui NU Online di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Jalan Taman Amir Hamzah No. 5, Pegangsaan, Jakarta, Jumat (15/3).
Sebab, menurutnya, kebencian dan prasangka itulah yang melahirkan berbagai bentuk kekerasan, termasuk terorisme yang sangat tidak manusiawi seperti penembakan di New Zealand, Jumat (15/3) kemarin.
Imdad menduga pelaku penembakan terkena islamofobia sebagai bentuk aksi-reaksi. "Kalau di Islam itu tumbuh antikristen, antiyahudi, kalau di luar Islam ya tumbuh kebencian terhadap Islam. Ini sahut-menyahut, balas-membalas," katanya.
Oleh karena itu, Direktur SAS Institute ini mengajak kita semua agar memutus mata rantai kekerasan itu. "Artinya, kita ini harus memutus spiral kekerasan," tegasnya.
Hal ini, lanjutnya, bisa dilakukan dengan cara masing-masing agama mengajarkan bahwa kita harus belajar hidup berdampingan. Sebab, pada kenyataannya saat ini, tidak mungkin ada cara hidup yang isolatif, terpisah satu dengan yang lain.
"Kita dipaksa hidup bersama dan karena itu harus belajar untuk saling menghormati, saling bekerja sama, saling mencintai sebagai sesama manusia karena kita hidup di dunia yang sama," ujarnya.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, kita akan terus dilanda konflik kekerasan dan teror seperti yang terjadi beberapa hari belakangan, dari Lampung, Kubu Raya, Sibolga, hingga Christchurch di Selandia Baru.
"Kalau kemarin non-Muslim menjadi target, New Zealand muslim jadi target. Lah ini harus diputus!," tegasnya.
"Jadi tidak justru dengan peristiwa terjadi di sana lalu ditumbuhkan, itu diviralkan, agar umat Islam marah lalu balik membenci non-Muslim. Kapan akan selesai?," pungkas Imdad. (Syakir NF/Muhammad Faizin)