Nasional

Santri dan Mahasiswa Tebuireng Ikuti Kuliah Umum Industri Hulu Migas

Rabu, 27 September 2017 | 14:03 WIB

Jombang, NU Online
Banyak peluang yang dapat dilakukan santri dan mahasiswa untuk berkiprah. Salah satunya dalam hal industri huku migas. Dan ratusan santri serta mahasiswa Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Tebuireng Jombang mengikuti kuliah umum Industri hulu migas, Rabu (27/9).

Kegiatan ini digelar Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) sebagai sarana memberikan informasi dan pemahaman tentang industri tersebut kepada kalangan mahasiswa dan santri.

KH Salahuddin Wahid selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng sekaligus Rektor Unhasy mengatakan, kuliah umum ini merupakan forum kedua bagi universitas yang dipimpinnya.

"Yang pertama, sekitar 5-6 tahun lalu, kita didatangi Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh, yang ditindaklanjuti dengan pengiriman sejumlah mahasiswa untuk mengikuti kursus pengelasan di bawah laut," kata Gus Sholah, sapaan akrabnya.

Cucu KH Hasyim Asy'ari itu berharap, forum tersebut dapat memberikan informasi dan pencerahan bagi kalangan kampus dan santri untuk lebih mengenal industri migas. Gus Sholah juga berharap forum tersebut akan ada tindak lanjutnya. "Mudah-mudahan juga ada dari Anda yang kemudian cantol di industri migas," harap Gus Sholah.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim Handoko Teguh Wibowo mengemukakan, Jombang sebenarnya memiliki potensi migas yang relatif besar. "Salah satu indikasinya, di sekitar wilayah PT Kimia Farma di Watudakon, terdapat indikasi kuat adanya potensi gas. PT Lapindo Brantas sebagai pemilik wilayah kerja juga sudah melakukan beberapa studi yang cukup mendalam," ungkap Handoko.

Sayangnya, sejak kasus lumpur Lapindo, industri ekstraksi migas cenderung lesu dan kurang bergairah. "Resistensi dan trauma masyarakat terhadap industri migas seringkali dikaitkan dengan kasus semburan lumpur panas tersebut," ujar dosen salah satu kampus swasta di Surabaya itu.

Selain trauma dan resistensi, ada juga faktor regulasi, sosial, politik dan lingkungan. "Di sinilah peran kampus sebagai agen perubahan menjadi penting untuk mendorong kemajuan industri migas dalam konteks pembangunan berkelanjutan," tandasnya.

Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Masyhar menjelaskan kegiatan industri hulu migas. Termasuk kondisi cadangan migas terkini dan pengelolaannya.

"Kami merasa perlu melakukan sosialisasi ini, karena tidak ada kegiatan apapun di Indonesia yang terlepas dari kehidupan kampus dan generasi muda," kata pria yang akrab disapa Gus Ali ini.

Menurut pria kelahiran Demak itu, kegiatan merupakan bagian dari rangkaian kuliah umum yang digelar di berbagai kampus daerah yang memiliki potensi migas.

"Untuk Jatim, faktor santri dan nahdliyin sangat penting. Karena itu, kami merasa perlu memberikan informasi tentang industri migas di kalangan santri. Tebuireng merupakan ikon pesantren. Bukan hanya di Jatim, tapi juga secara nasional," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)


Terkait