Jakarta, NU Online
Ketua The Election School Project, Dahlia Umar mengatakan fenomena hoaks yang beberapa waktu ini marak, sebenarnya sudah sejak lama terjadi. Perbedaannya, dahulu belum ada sosial media seperti sekarang, di mana semua orang bisa membuat website, misalnya, untuk mengusung konten yang mampu mempengaruhi publik.
Berbicara pada kegiatan Dialog Publik Strategi Milenial Tangkis Penyebaran Hoaks Kamis (11/4) kemarin, Dahlia menyebutkan beberapa macam bentuk hoaks. Pertama, hoaks yang memberikan info positif, tapi tidak benar.
"Misalnya pada Pemilu Amerika di mana Donal Trump menyatakan bahwa seluruh media memilah Hilary, sehinga warga Amerika jangan mendengarkan," katanya pada kegiatan yang diadakan oleh KOPRI PB PMII.
Kemudian, hoaks ada yang memberikan info negatif. Hoaks versi ini selama didukung fakta, tujuan hoaks untuk menjatuhkan lawan dan mendapat dukungan kawan.
Dahlia mengatakan dalam pemilu mestinya kedua kubu menawarkan program jagoan. Namun hal itu tidak dilakukan. Ia menduga, hal itu karena belum adanya program yang menarik yang akan ditawarkan partai dan calon tertentu.
"Agakanya menjelek-jelekkan lawan itu lebih menarik, sehingga menggunkan hoaks untuk mendegradasi lawan," ujarnya.
Akibatnya, pemilih lebih banyak memilih pahlawan dari kelompoknya. Lahirlah 'narsisme komunal'. Ada rasa senang mengkonsumsi berita hoaks tentang lawannya bahkan sebagian menyebarakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga ikut membenci lawannya.
Dahlia menawakan sejumlah hal yang dapat dilakukan. Pertama, mengedukasi atas bahaya berita palsu atau hoaks.
"Melalui tulisan menyampaikan bahaya hoaks, misalnya penelitian yang menghasilkan pemilih rasional menjadi pemilih emosional. Menggunakan sosial media dengan mem-posting dan membuat kepsyen yang mengarahkan pembaca untuk tidak terpengaruh pada berita hoaks," katanya.
Di samping itu, pihak kepolisian melalui cyber media dengan bekerjasama dengan Kominfo agar bisa menghalau berita yang tidak benar atau hoaks.
Diskusi diikuti puluhan kader Kopri PB PMII, diskusi berlagsung di Cafe Kopijadi, Tebet Jakarta Selatan. Diskusi juga menghadirikan Manajer Konten Islami.co Dedik Priyanto, dan anggota Bawaslu Wahida Suaib. (Kendi Setiawan)