Nasional

Gus Baha Tegaskan Al-Qur'an dan Ushul Fiqih Saling Bereratan

NU Online  ·  Sabtu, 5 Juli 2025 | 10:00 WIB

Gus Baha Tegaskan Al-Qur'an dan Ushul Fiqih Saling Bereratan

Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahaudin Nursalim dalam satu kegiatan di tahun 2024 (Foto: dokumen NU Online)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau yang akrap disapa Gus Baha menyampaikan bahwa pemahaman terhadap Al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari ilmu ushul fiqih.

 

Menurutnya, hubungan antara Al-Qur’an dengan ushul fiqih sangat erat serta saling melengkapi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial. Hal tersebut ia sampaikan dalam Acara Majelis Tahlil Ibu Ny. Hj. Durroh Nafisah Ali di Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, Kamis (3/7/2025) malam.


"Tradisi ahli Al-Qur’an dan ahli ushul fiqih itu saling menyatu, sehingga kalau itu benar dipahami, semaan lancar, analisis fiqih juga lancar. Saya menganggap analisis fiqih ini penting karena ada beberapa ayatul ahkam yang dikagumi dalam tatanan sosial,” ujarnya.


Ia mengenang sosok Putri KH Ali Maksum (Rais ‘Aam PBNU Periode 1981-1984), Nyai Durroh Nafisah Ali sebagai pribadi yang memahami eretnya keterkaitan antara Al-Qur’an dan ushul fiqih dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.


"Bulik Durroh itu, kalau kegiatan apa pun, seperti masak aja sambil nderes Al-Qur’an dan kalau ditanya, ‘ini kenapa begini? Ini kenapa begitu?’ Bulik Durroh jawab dengan lancar yang berkaitan dari kedua itu,” ungkapnya.


Gus Baha menyampaikan bahwa pemahaman terhadap ushul fiqih menjadikan Al-Qur'an sebagai penjaga kehidupan sampai hari kiamat. Dengan pendekatan ushul fiqih ini, menurutmya, umat Islam tidak akan terjebak pada pemahaman yang tekstual dan sempit.


"Zaman dahulu tidak ada orang yang hanya hafal Al-Qur’an saja tanpa menjadi alim, dan sebaliknya tidak ada orang alim yang tidak hafal Qur’an. Jika seseorang disebut alim, berarti dia juga hafal Al-Qur’an. Kalau disebut hafal Al- Qur’an, ya pasti juga alim,” ujarnya.

 

Ia pun menambahkan dengan guyonan khasnya, “Mungkin saja zuriah-zuriah kiai ini terlihat sopan, karena dua kemungkinannya: kalau alim, ya meniru; kalau belum alim, ya cukup dengan sopan dulu,” kata Gus Baha sambil tersenyum.

 

Ia menegaskan bahwa penguasaan ilmu Al-Qur’an dan dan ushul fikih tidak boleh dipisahkan.

 

“Keduanya itu saling melengkapi yang dapat membentuk perilaku seseorang bisa menjadi alim, contohnya ya, Bulik Durroh ini,” ucapnya.