Jakarta, NU Online
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas lima persen. Tahun 2018 lalu, pertumbuhannya mencapai 5,2 persen, sementara tahun ini, Bank Dunia memperkirakan akan turun 0,1 persen menjadi 5,1 persen. Meskipun demikian, Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander menyebut ekonomi Indonesia akan pulih kembali di tahun berikutnya menjadi 5,2 persen.
Naik turunnya pertumbuhan ekonomi tentu dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya adalah pertumbuhan usaha menengah yang kian menjamur di Indonesia. Keterpilihan KH Maruf Amin yang notabene merupakan guru besar ekonomi syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang sedikit banyaknya akan berpengaruh dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Greg Barton, Guru Besar Politik Islam Global Universitas Deakin, Australia, mengungkapkan bahwa isu usaha mikro (micro enterprises) menjadi sangat penting. Pasalnya, unit usaha ini berjumlah jutaan. Dalam catatan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM), terdapat hampir 60 juta pelaku usaha mikro, yakni 59,2 juta.
"Kalau sebagian micro enterprises, lima sampai 10 persen menjalankan transisi menjadi medium enterprises dampaknya luar biasa terhadap ekonomi,” katanya saat berbincang usai makan siang di Hotel Pullman, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (3/7).
Bahkan, usaha mikro ini tidak hanya dilakukan oleh kaum Adam saja. Greg juga melihat sudah cukup banyak perempuan yang menjadi pelaku usaha mikro tersebut. Karenanya, ia berkeyakinan kehadiran Kiai Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden akan dapat menaikkan prosentasi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun mendatang. Hal itu dapat terwujud, menurutnya, jika pemerintah terus memberikan suntikan modal, penguatan kapasitas pengusaha, serta membuka jalur birokrasinya.
"Kalau bisa dibantu lebih berkembang untuk menjadi medium enterprises itu sangat baik. Pemerntah memberikan modal, tetapi bukan saja modal, tetapi juga birokrasi, Undang-Undang, capacity building, dan peraturan," ujarnya.
Hal demikian, menurut penulis buku Biografi Gus Dur itu, bukanlah tugas pemerintah semata. Akan tetapi, organisasi masyarakat (ormas) juga harus mengambil peran aktif dalam mengupayakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini.
Greg meyakini bahwa jika bantuan modal itu bisa disuntikkan melalui lembaga ormas yang khusus menangani bidang tersebut akan memudahkan cita-cita naiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, menurutnya, Nahdlatul Ulama sebagai sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, pun dengan Muhammadiyah, memiliki basis masyarakat di akar rumput sehingga langsung menyentuh mereka.
"Dan memang kalau NU dan Muhammadiyah kan ada jaringan sangat alami. Dana bisa disalurkan melalui salah satu lembaga dari ormas," pungkasnya.
Di luar hal tersebut, pemerintah juga sudah membuat Bank Wakaf Mikro (BWM) yang ditempatkan di beberapa pesantren di seluruh Indonesia. Para pengusaha kecil menengah dapat mengakses permodalan dengan mudah melalui BWM tersebut. Sampai akhir 2018 lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pemerintah sudah menyalurkan pembiayaan melalui BWM dengan nilai Rp9,72 miliar.
Kiai Ma’ruf dalam pengukuhan guru besarnya di UIN Maulana Malik Ibrahim menegaskan bahwa pemerintah dan MUI telah mencanangkan arus baru ekonomi di Indonesia, yakni dengan mekanisme bottom up, pendekatan dari bawah ke atas, setelah sebelumnya top down, dari atas ke bawah. Ia menyebutnya ekonomi keumatan.
"Ke depan ekonomi nasional harus ditopang oleh ekonomi umat, bukan seperti sebelumnya yang hanya ditopang oleh segelintir konglomerat," katanya sebagaimana termaktub dalam buku Makharij Fiqhiyyah Penopang Arus Baru Ekonomi Indonesia.
Konsep tersebut didasarkan atas syariat Islam yang telah melalui kajian yang mendalam dengan keberpihakan terhadap kaum mustadafin (terpinggirkan). "Karena arus lama itu neoliberal, melahirkan konglomerasi dengan menggunakan teori trickle down effect, menetes ke bawah. Tetapi ternyata tidak netes-netes ke bawah. Yang atas makin kuat, yang bawah makin lemah," ujarnya seperti yang dikutip oleh Iip Yahya dalam KH Ma'ruf Amin Santri Kelana, Ulama Paripurna.
Pemberdayaan ekonomi dari bawah itu diharapkan dapat mempersempit kesenjangan di antara lapisan masyarakat. Hal tersebut sangat mungkin, mengingat program tersebut dapat meningkatkan produk lokal sehingga dapat bersaing dengan produk global. (Syakir NF/Kendi Setiawan)