Jakarta, NU Online
Perubahan adalah adik kandung dari waktu. Ketika waktu berdetak, perubahan berderap disampingnya. Namun waktu tidak bisa memerintah perubahan untuk bergerak menuju kebaikan, kitalah yang harus membimbingnya, agar perubahan terjadi untuk membawa berkah bagi Kemanusiaan.
Fondasi perubahan adalah kebaikan merupakan poin yang diungkapkan putri kedua KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid saat menerima penghargaan sebagai Tokoh Perubahan 2018 yang digelar Republika, Rabu (24/4) malam lalu di Jakarta Theatre.
Menurut Yenny, semangat itulah yang menjadi pelecut bagi dirinya untuk terus berkarya, menghabiskan sisa usia bagi kebaikan bersama.
“Saya adalah orang yang beruntung karena lahir dari orang tua yang memberi begitu banyak privilese dan kekayaan. Kekayaan yang mereka wariskan bukan berupa kekayaan material tetapi kekayaan nilai dan semangat untuk menjadi berguna bagi sesama,” jelas Yenny Wahid.
Pendiri Wahid Foundation ini menyatakan, keluarganya pernah mengalami kegagalan politik. Namun ini adalah hal yang justru ia syukuri saat ini. Karena kegagalan itu memberi dia dan keluarganya ruang dan waktu untuk fokus pada kerja-kerja kemanusiaan yang sejak lama telah dilakukan.
“Kerja-kerja kemanusiaan yang kami lakukan didorong oleh kegelisahan melihat begitu tajamnya keterbelahan di tengah masyarakat kita,” tutur perempuan yang pernah menjadi jurnalis dua media besar Australia, Sydney Morning Herald dan The Age pada masa reformasi itu.
Menurutnya, perbedaan diglorifikasi, titik temu tak lagi dicari. Ia menegaskan bahwa Wahid Foundation mengkhususkan diri untuk bekerja membangun moderasi keagamaan, toleransi, dan perdamaian, salah satunya melalui program desa damai. (Fathoni)