Opini

Dakwahmu Seperti Rasulullah?

Jumat, 30 November 2018 | 16:45 WIB

Bismillahirrahmanirrahim

Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya

Kepada Hercules Romawi yang Agung

Salam sejahtera bagi yang memikul Hidayah (Allah)
Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Pelukan Islam, engkau akan selamat, Allah akan menganugrahkan dua kali ganjaran. Jika engkau enggan, maka engkau akan memikul dosa.

Teks tersebut adalah potongan surat Rasulullah yang dikirim kepada Hercules Penguasa Romawi. Ulama-ulama ahli Hadits termasuk Imam Bukhari berpendapat bahwa surat tersebut sebagai satu-satunya teks surat yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Jika kita cermati maka bisa ditemukan bagaimana Rasulullah memuliakan Hercules secara tersirat dengan bahasa Penguasa Romami yang Agung, kendati Hercules adalah Sang Raja penjajah yang menganut ajaran kristiani. Kemudian beliau (Rasulullah) diawal surat dengan kerendahan hatinya menyebutkan dirinya sebagai hamba Allah dan Rasul Nya.

Tak lupa dalam surat tersebut Rasulullah menyampaikan salam sejahtera sembari mendoakan agar sang Raja mendapat Hidayah dari Allah SWT. Dan kalaupun sang raja tak mengindahkan ajakannya, Rasulullah cukup memperingatkan dengan beban dosa, tidak mencaci maki, menghardik dan mengutuk.

Dakwah Rasulullah benar-benar menyejukkan, beliau tidak pernah mengajarkan kita untuk mencaci maki, meneror, dan mengintimidasi sehingga membuat orang lain tidak nyaman dan bahkan ketakutan, karena Rasulullah sadar betul bahwa dirinya adalah sebagai rahmatan lil 'alamin.

Kesantunan dalam berdakwah dan kepiawaian diplomasi Rasulullah adalah kunci kesuksesan beliau dalam membawa risalah Tuhannya. Tidak ditemukan sama sekali cara-cara dakwah Rasulullah yang brutal dan menakutkan. Lalu bagaimana dengan kita yang berdalih mengikuti ajaran Rasulullah tetapi sejatinya tidak pernah menauladani cara beliau dalam berdakwah? 

Bagaimana dengan pendakwah yang beralibi membela kebenaran dan mengutuk pemerintah yang dianggapnya lalim? Mencaci maki didepan umum, menghardik dan mengajak jamaahnya untuk membenci pemimpinya?

Bukankah Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk menasehati Firaun dengan cara mendatanginya (tidak didepan umum) dan dengan bahasa yang layyinan (Lembut)? (QS Toha: 43-44)


Yoyon Syukron Amin, Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Jawa Barat


Terkait