Pemberdayaan

Setengah Tahun Kiprah UPZISNU Mrisi

Senin, 1 April 2019 | 14:30 WIB

Setengah Tahun Kiprah UPZISNU Mrisi

Relawan menghitung dana dari Koin NU Mrisi (sumber: Fb Upzisnu Koin NU Mrisi)

Jakarta, NU Online
Sejak dibentuk pertengahan tahun 2018, Unit Pengumpul Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU) Ranting Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah terus berbenah diri dalam menjalankan amanah mengelola dana infak masyarakat melalui Kotak Infak (Koin) NU.

Hingga saat ini, sebanyak 1.192 kotak Koin NU disebarkan kepada masyarakat dengan tujuh kali pengumpulan hingga Maret 2019. Rincian pengumpulan adalah senilai Rp8.795.900 untuk tahap pertama; Rp4.653.000 pengumpulan tahap kedua; Rp8.902.500 tahap ketiga.

Sementara tahap keempat hingga ketujuh masing-masing adalah Rp18.614.300; Rp15.384.000; Rp14.711.000; dan Rp14.244.900.

Salah satu program yang dijalankan dari pemanfaatan Koin NU, pada awal tahun 2019 UPZISNU Mrisi telah melaksanakan penyaluran dalam wujud santunan anak yatim dan dhuafa, bersamaan peringatan Harlah ke-93 NU.

"Mulai awal sampai saat ini banyak saran dan kritik baik dari internal maupun masyarakat yang menjadi hal positif untuk perkembangan program Koin NU ke depan. Dalam pengelolaan Koin NU, pengurus UPZISNU berpedoman pada manajemen MANTAP, yaitu Modern, Amanah, Transparan, Akuntabel dan Profesional serta Partisipatif," kata Ketua UPZISNU Ranting Mrisi, Ahmad Taufiq Ma'sum diwawancarai NU Online dari Jakarta, Senin (1/4). 

Ia meneruskan, memasuki tahun 2019 ini, program kerja UPZISNU Ranting Mrisi dibagi menjadi dua, yakni program kerja jangka pendek dan program kerja jangka panjang. Program kerja jangka pendek adalah program-program  yang akan dilaksanakan selama atau berada di tahun 2019. Sementara program kerja jangka panjang merupakan program-program yang hendak dicapai pada tahun-tahun berikutnya.

"Ada enam program tahun 2019 yang meliputi pembuatan papan nama NU dan Banom, program capacity building, santunan atau bantuan kematian, bantuan operasional mushala, santunan dhuafa, dan bantuan kebencanaan," terangnya.

Program-program tersebut dimatangkan dalam rapat kerja UPZISNU Ranting Mrisi pada pertengahan bulan Maret tahun 2019. Rapat kerja melibatkan unsur pemerintah desa, BPD, LPMD, RW, RT, tokoh masyarakat serta internal NU dan Banomnya. Program kerja yang telah ditetapkan langsung dilaksanakan dan dapat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu program sosial yang menjadi concern adalah santunan atau bantuan kematian. 

Dalam seminggu ini, lanjut Ma'sum, UPZISNU Mrisi telah memberikan empat santunan kematian kepada ahli waris atau keluarga dari warga yang meninggal dunia.

"Empat orang tersebut adalah almarhum Indi Saryanto, Bhakti Riyanto, Juwair dan Nursinah yang dilaksanakan pada tanggal 26 dan 29 Maret 2019. Bagi keluarga yang menerima santunan, sangat terasa sekali manfaatnya meskipun jumlahnya tidak seberapa, hanya Rp300.000. Santunan tersebut diterima dengan haru, dan akan dipergunakan sebagaimana mestinya," papar Ma'sum.

Pemberian santunan dilakukan pada saat tahlilan oleh pengurus UPZISNU atau perwakilan badan otonom NU. Semua warga Desa Mrisi yang beragama Islam jika meninggal dunia, keluarganya berhak mendapat santunan, tanpa membedakan status sosial, dan memiliki kotak Koin NU atau tidak.

"Hanya ada perkecualian bagi warga yang meninggal karena bunuh diri atau akibat berbuat maksiat, maka tidak berhak mendapatkan santunan kematian," imbuhnya.

Selain program-program tersebut, UPZISNU Mrisi juga menerima ide prorgam berdasarkan masukan dari masyarakat, terkait bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Namun, karena pertimbangan manajemen dan ketersediaan dana dari Koin NU, program bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi baru akan dijalankan pada tahun 2020. 

Adapun program jangka panjang yang disepakati dalam rapat kerja UPZISNU mencakup pengadaan mobil layanan umat, pendirian unit usaha ekonomi dan pembangunan Kantor Sekretariat UPZISNU. (Kendi Setiawan)



Terkait