Jakarta, NU Online
Misteri kematian Munir mulai tersingkap. Pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) itu menghadap ajal setelah racun merasuk dalam tubuhnya. Hasil otopsi yang dilakukan Netherlands Forensic Institute (NFI) menunjukkan adanya kandungan arsenik (As) di tubuh pria kelahiran Batu, Malang, tersebut dalam dosis mematikan (acute arsenic poisoning).
Tabir kematian ini sampai ke telinga keluarga korban setelah dirilis harian NRC Handelsblad yang terbit di Belanda edisi Kamis lalu. "Kami menurunkan berita itu setelah tidak melihat good will pemerintah Indonesia untuk langsung memberikan hasil otopsi tersebut kepada ibu (maksudnya istri Munir, Suciwati)," kata Dirk Vlasblom, wartawan NRC Handelsblad, kepada koran ini kemarin. Pasalnya, Deplu Belanda meminta Deplu memberikan hasil otopsi tersebut kepada keluarga Munir.
<>Hasil otopsi sebenarnya sudah diterima Deplu sekitar pukul 11.00 Kamis lalu dalam bentuk copy-an. Yang memberikan hasil otopsi tersebut pihak Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Namun, Deplu bersikeras tidak mau membuka hasil otopsi tersebut dan memilih menyerahkan kepada Polri Kamis malam. Alasannya, prosedural dan juga Deplu tidak mampu membaca isi otopsi yang teknis itu.
Termasuk saat Suciwati, istri Munir, menanyakan hasil otopsi tersebut dengan menelepon Deplu dan kemudian Menko Polhukam Widodo A.S., dijawab bahwa hasil otopsi akan diserahterimakan lewat kepolisian. "Perspektif kita selalu berpihak pada pihak keluarga. Dan ini sejak awal. Ini masalah prosedural. Tidak ada pihak yang berseberangan dengan masalah ini," tegas Juru Bicara Deplu Marty Natalegawa yang ditemui di ruangnya kemarin.
Meski begitu, Suciwati masih kesal terhadap sikap dipingpong ini. "Saya yang selalu mencari tahu apa yang terjadi dengan suami saya. Tapi, kini kita semua mengetahui jika baik Pemerintah Belanda, apalagi Indonesia, tidak punya iktikad baik dengan menyerahkan hasil otopsi itu pada saya, keluarganya," tegasnya dalam jumpa pers di kantor Kontras kemarin siang.
Suci berkata seperti ini setelah kemarin siang berinisiatif mendatangi Mabes Polri. Di Mabes Polri pun dia gagal mendapatkan dokumen kematian lelaki yang telah memberinya dua anak itu, Soultan Alif Allende, 5, dan Diva Suukyi Larasati, 2. "Penyidik beralasan dokumen tersebut digunakan untuk kepentingan bahan penyelidikan," sambungnya.
Saat jumpa pers di kantor Kontras itu Suciwati didampingi Todung Mulya Lubis (ketua badan pendiri Imparsial -lembaga LSM tempat Munir terakhir mengabdi-, Rachland Nashidik (direktur eksekutif Imparsial), dan Usman Hamid (ketua badan pekerja Kontras). Sebelum sampai di Kontras, mereka sempat merapatkan barisan di kantor Imparsial, kawasan Diponegoro, Jakarta Pusat. Smita Notosusanto, direktur eksekutif CETRO, juga terlihat di sana.
Memang, apa saja yang didapatkan Suci saat datang ke Mabes Polri? Suci, yang kini aktif di Yayasan Tifa, menjawab setidaknya ada dua hal. Yakni, berdasarkan analisis toxicology (kajian mengenai racun), ditemukan adanya kandungan arsenik di atas tingkat kewajaran dan mematikan. "Yang kedua, pihak Polri berupaya secara sepihak melaksanakan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut," kata Suci dengan suara bergetar.
Soal penyelidikan ini memang menjadi tuntutan utama, selain penyerahan hasil otopsi pada keluarga yang merupakan pihak paling berhak. "Kasus Munir harus dituntaskan. Ini bukan kasus kriminal biasa. Kita cemas kasus seperti ini tidak bisa dituntaskan," kata Todung Mulya Lubis.
Selain itu, mereka meminta investigasi menyeluruh dan tepercaya dengan melibatkan masyarakat sipil serta Komnas HAM. "Yang tak kalah penting, pemerintah harus memberikan jaminan perlindungan terhadap tim investigasi. Kasus ini bisa saja terjadi pada mereka yang kritis dan vokal pada pemerintah," lanjutnya.
Meski begitu, mereka enggan berspekulasi siapa pelakunya dan di mana kira-kira kejadian racun itu masuk dalam tubuh mantan ketua badan pekerja Kontras ini. "Inilah hal yang mesti diinvestigasi. Apakah di pesawat atau di mana," tambah Todung.
Hanya, dari informasi yang didapatkan, hasil otopsi yang kini di tangan polisi tersebut memang sama sekali tidak mengidentifikasi sejak kapan racun tersebut masuk tubuh Munir dan lewat mana, apakah minuman, makanan, atau obat-obatan.
Lalu, bagaimana jika makam almarhum yang kini sudah beristirahat tenang di TPU Sisir, Batu, dibongkar lagi? "Memang, tadi Kabareskrim Suyitno Landung sudah mengatakan adanya kemungkinan pembongkaran kembali kubur almarhum," kata Usman Hamid.
Suci sendiri saat masih di Mabes Polri mengatakan, untuk sebuah kebenaran, dirinya tidak akan keberatan. Liang lahat pun akan diberikan dan kebenaran harus diungkap katanya. "Yang bertanggung jawab harus diadili meski seorang jenderal sekalipun," tegas