Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan perwakilan dari enam organisasi pemuda keagamaan mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat (AS) dengan mendatangi Kedutaan Besar Amerika Serikat, di Jakarta, Jumat (17/11). Sedianya, surat tersebut dikirim ke Bush melalui Duta Besar AS untuk Indonesia, Lynn Pascoe.
Selain GP Ansor, organisasi yang turut menyurati Bush itu, antara lain, Pemuda Muhammadiyah, Generasi Muda-mudi Budha Indonesia (Gema Budhi), Pradah Indonesia, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Pemuda Katolik dan Generasi Muda (GM) Konghucu.
<>Sekretaris Jenderal PP GP Ansor, A Malik Haramain, mengatakan, dalam surat yang dikirim untuk Bush itu berisi tuntutan agar AS tidak bersikap sewenang-wenang terhadap negara lain dengan mengusung isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi. Surat protes itu juga menuntut agar Bush menghentikan politik standar ganda yang biasa dilakukan kepada negara lain.
“Kami juga meminta Pemerintah Amerika menghentikan invasi dan agresi kepada negara-negara di Timur Tengah dan AS dapat menempatkan diri sejajar dengan negara-negara lain,” kata Malik, demikian panggilan akrabnya, kepada NU Online usai bertemu Dubes AS.
Malik mengatakan, AS selama ini telah menghegemoni negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Karenanya, dalam surat itu dicantumkan pula desakan kepada Bush dalam kunjungannya kali ini tidak untuk semakin menghegemoni Indonesia, serta negara-negara lain di Asia dan Timur Tengah.
”Kami juga meminta agar Bush menghentikan hegemoninya terhadap negara berkembang. Kita minta Bush menempatkan hubungannnya setara atau sejajar dengan negara-negara yang lain. AS jangan menjadi negara kanibal,” jelasnya.
Dalam pertemuan itu, kata Malik, Dubes AS menanggapi positif surat protes tersebut. Pascoe berjanji akan menyerahkannya kepada Bush saat berkunjung ke Istana Bogor 20 November 2006 mendatang. ”Surat itu sekarang sudah dibawa Dubes. Katanya nanti akan disampaikan ke Bush,” ungkapnya.
Semua organisasi Pemuda Keagamaan itu juga berharap agar Pemerintah Indonesia tidak bersikap berlebihan dalam menyambut Bush dan dapat memanfaatkan pertemuan itu untuk menunjukkan bahwa masyarakat Indonseia cinta damai, antiperang dan tidak setuju dengan kebijakan luar negeri Amerika. (amh/rif)