Jakarta, NU Online
Peristiwa pemboman yang terjadi di depan kedubes Australia Kamis (9/9) sekitar pukul 10.15 WIB dapat memperburuk citra Megawati selaku pemegang pemerintahan sekarang. Apapun motifnya tetap memperburuk citra baik di Indonesia maupun dunia internasional.
"Kejadian ini hanya beberapa hari menjelang Pemilu presiden putaran kedua yang sangat menentukan, apalagi bom itu meledak pada saat presiden sedang tidak berada di tanah air," ujar Direktur LP3ES Enceng Sobirin Nadj kepada NU Online usai jumpa pers Lp3es tentang pendapat umum sikap politik masyarakat terhadap pemilu presiden putaran kedua di Hotel Santika Jakarta.
<>Menurut dia, implikasi politik dari peristiwa itu akan sangat besar terhadap pemerintah dan bisa saja dimanfaatkan oleh para elit politik manapun untuk kepentingan politik mereka. "Kita tidak ingin berprasangka, tetapi ini bisa saja menjatuhkan Megawati, karena selama ini Megawati selalu dicitrakan baik oleh para pendukungnya," ujarnya.
Namun demikian, peneliti senior Lp3es ini juga menilai bahwa kejadian itu dapat menjadi "entry point" menguntungkan bagi Megawati, terutama jika pemerintah dapat menuntaskannya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. "Seharusnya kasus ini bisa tuntas menjelang pemilu 20 September," tambahnya.
Disisi lain, lanjut Enceng bom ini juga dapat menaikan populatiras Susilo Bambang Yudhoyono, terkait dengan rasa aman. Seraya mengutip jajak pendapat Lp3es tentang kebutuhan rasa aman 11, 0 % yang dijadikan agenda mendesak oleh para responden. "Ini sangat menguntungkan SBY selaku rival Megawati," tegasnya.
Ia juga mengemukakan bahwa berbagai aksi bom yang terjadi di tanah air merupakan salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemerintahan mendatang. "Tidak bisa tidak, Indonesia telah menjadi sorotan dunia sebagai sarang teroris, dan itu menjadi tantangan sekaligus beban pemerintahan mendatang," ungkap Enceng Sobirin (cih)