Malang, NU Online
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan dua partai Islam yang mampu bertahan dan menjadi pemenang di antara partai Islam lain pada Pemilu 209 mendatang, kata Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Shalahuddin Wahid (Gus Solah).
“Karena, dua partai tersebut mampu menunjukkan perjuangannya pada umat,” ujar adik kandung mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional bertajuk “Membincang Indonesia 2009″di Universitas Islam Negeri Malang, Jawa Timur, Kamis (19/4) kemarin.
<>Menurut Gus Solah, partai Islam lainnya, seperti, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Bintang Reformasi (PBR), dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) tampaknya sulit mempertahankan keberadaannya. “Ini prediksi saya. Dan pasti sangat berbeda dengan pandangan orang lain,” ucapnya.
Partai Islam lain yang disebut sulit bertahan itu dengan catatan jika diterapkan batas perolehan suara 5 persen dari jumlah pemilih. Sebab, dia menilai PKNU adalah para ulama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merasa bahwa PKB kurang kental nuansa Islamnya.
Dengan begitu, secara keseluruhan jumlah pemilih partai Islam relatif tidak banyak. Sedangkan partai-partai lain yang masuk kategori nomor tiga adalah partai nasionalis-religius. Seperti, Golkar, PKB, PAN, dan Partai Demokrat. “Walaupun dua partai Islam PPP dan PKS tetap nomor satu, tapi golongan ketiga inilah yang akan memiliki jumlah pemilih terbesar,” bebernya.
Namun, lanjutnya, jika ingin membuktikan eksistensi golongan ketiga itu, maka harus diuji coba pada Pemilu 2009. Terutama, menguji kekuatan PKB, PAN, dan Partai Demokrat. Sebab, banyak yang memperkirakan bahwa PAN akan merosot jumlah pemilihnya setelah ditinggal Amien Rais. Begitu pun dengan PKB, itu karena partai ini dilanda perpecahan internal yang melahirkan PKNU. “Saya yakin, PKB akan merosot jika ditinggal Gus Dur,” ujarnya serius.
Sementara, jika Gus Sholah lebih banyak menyikapi kondisi perpolitikan Indonesia, lain halnya dengan Adi Sasono yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut. Mantan Menteri Koperasi di era pemerintahan BJ Habibie itu menyikapi kondisi bangsa dari sisi perekonomian.
Menurutnya, ada satu hal mendasar yang membuat negeri kaya sumber daya alam, tapi rakyatnya miskin ini tetap terpuruk. Yakni, kebijakan politik pemerintah selalu bersinergi dengan kekuatan ekonomi. “Sehingga, semua kebaikan yang ada tak lebih dari pameran kedermawanan dan sedekah yang dipublikasikan,” terang dia. (gpa/sbh)