Warta

Hasyim Muzadi: Kedatangan Megawati Bukan Berarti Melamar

Senin, 9 Februari 2004 | 04:02 WIB

Jakarta, NU Online
KH Hasyim Muzadi menyatakan rencana kedatangan Presiden Megawati di pesantren asuhannya di Malang pada 14 Februari bukan berarti Ketua Umum DPP PDI-P itu melamar dirinya untuk menjadi wakil presiden (wapres).

"Itu peristiwa biasa, tidak luar biasa, karena Ibu Megawati sudah empat kali datang ke pesantren saya yakni satu kali sebelum menjadi wapres, dua kali saat menjadi wapres, dan nanti tanggal 14 sebagai presiden," katanya di Surabaya, Minggu.

<>

Seusai menyerahkan bantuan beras senilai Rp100 juta dan 500 dos mie instan berisi 20 ribu bungkus kepada korban bencana alam pada delapan daerah di Jatim, ia menjelaskan kedatangan Megawati ke pesantrennya itu harus dilihat dalam perjalanan sejarah yang panjang.

“Hubungan saya dengan keluarga Bung Karno sejak dulu memang baik, karena saya sejak dulu sudah aktif melakukan tahlil untuk almarhum Bung Karno, sehingga kedatangan Ibu Megawati ke pesantren saya adalah untuk mempererat hubungan baik yang sudah lama terjadi itu. Jadi, tidak ada kegiatan kongkret yang bisa diartikan melamar," katanya.

Ditanya kedatangan Megawati yang dilakukan menjelang Pemilu 2004, mantan Ketua PWNU Jatim itu mengatakan tidak hanya Megawati yang bersilaturrahmi dirinya menjelang Pemilu 2004, tapi orang lain juga sama, seperti Wiranto (Golkar), utusan Susilo Bambang Yudhoyono (Menko Polkam), cak Nurcholish Madjid (cendekiawan muslim), dan banyak lagi.

"Kalau menjelang Pemilu, tapi yang lain juga sama mendekati Pemilu. Jadi, yang terpenting bukan menjelang atau mendekati Pemilu itu, tapi asalkan kita tahu kepentingan mereka untuk datang dan kepentingan kita apa," katanya.

Oleh karena itu, katanya, dirinya berharap kedatangan Presiden Megawati itu untuk membicarakan kepentingan bangsa, karena rakyat sudah lama diminta mendukung para pemimpin mereka, tapi rakyat juga sudah lama tak pernah dibicarakan kepentingannya oleh orang yang mereka dukung.

"Saya ingin pertemuan Ibu Megawati dengan para ulama Jatim di pesantren saya itu membuat kesepakatan untuk menyapa orang kecil, menyapa orang yang gelisah, jangan melihat rakyat sebagai alat dukung saja. Kalau sesudah dibicarakan itu akan mendukung
atau tidak, hal itu soal lain," katanya.

Apalagi, katanya, impact politik dari peristiwa itu akan sangat tergantung kepada para ulama yang hadir, sebab para ulama sekarang sudah pintar dalam soal politik. "Ulama itu jangan dibayangkan akan mudah digiring ke sana dan digiring kemari, bahkan sangat mungkin mereka yang justru akan menggiring," katanya.

Tentang kemungkinan kedatangan Megawati akan merugikan posisi PKB (Partai Kebangkitan Bangsa, sebuah partai yang dibentuk para ulama), Hasyim Muzadi menilai kedatangan orang-orang PKB kepada dirinya justru lebih sering dan lebih banyak dibanding Megawati.

"Kalau orang PKB itu sudah sehari-hari ’ngelibet’ (datang berkali-kali) ke tempat saya, tapi kedatangan itu memang tak pernah diangkat pers, seperti nanti (8/2) malam, saya diundang untuk berbicara di hadapan kader dan warga PKB di Batu-Malang," katanya.

Ketika ditanya kemungkinan jikalau Presiden Megawati datang ke Malang untuk melamar dirinya, ia mengatakan jika pertanyaannya diawali dengan "kalau" maka akan dijawab dengan "kalau" juga. Dalam kesempatan itu, petinggi NU itu juga menambahkan kedatangan Megawati ke Malang pada 14 Februari itu bersamaan dengan seminar yang dilakukan mahasiswa di Pesantren Al-Hikam, Malang yang mengundang sekjen dari puluhan parpol peserta Pemilu 2004.

Sementara itu, bantuan PBNU kepada delapan kabupaten/kota di Jatim berupa bantuan beras senilai Rp100 juta yang masing-masing menerima 2-5 ton beras, sedangkan 500 dos mie instan yang berisi 40 bungkus mie itu diberikan 30-75 dos.(red)

 


Terkait