Warta

Hasyim Muzadi: Nahdliyin Jangan Putus Kesejarahan

Rabu, 4 November 2009 | 02:00 WIB

Depok. NU Online
Sebagai orang NU dan sebagai warga bangsa, seseorang atau sekelompok masyarakat tidak boleh berfikir untuk memutus kesejarahan dan kepahlawanan terdahulu. NU mengenal istilah jalur syuyukhiyah yang mengharuskan seseorang untuk selalu berhubungan dengan masa lalunya.

Demikian dinyatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kepada NU Online di kediamannya, kawasan Kukusan Depok, Selasa (3/11). Menurut Hasyim warga Nahdliyyin harus mengenal para tokoh pendahulunya dengan konperehensif. Bukan hanya di bidang jasa atau jabatan saja, tetapi juga di bidang keilmuan dan filsafat.<>

“Kalau kita bicara mengenai KH Zainul Arifin, tentu bicara pada kiprah Beliau di bidang kejam’iyahan dan kebangsaan. Posisi Wakil Perdana menteri dan Ketua DPRGR menunjukkan bahwa KH Zainul Arifin adalah eksponen bangsa yang tak bisa diabaikan,” terang Hasyim.

Lebih lanjut, hasyim menjelaskan, faktor ketokohan yang disambung kebangsaan akan menjelma menjadi kejuangan melalui proses politik dan kebangsaan. Sehingga idealisme seorang tokoh menjadi selalu termanifestasikan ke dalam seluruh aspek perjuangannya.

“Kita semua tahu bahwa jalur politik di masa-masa awal kemerdekaan adalah jalur politik idealis. Politik yang berdasarkan idealism kepahlawanan dan kenegaraan, sama sekali bukan politik interest atau politik pragmatis. Jadi kalau ada orang yang tampil pada waktu itu, maka artinya ia adalah benar-benar pahlawan bagi negara ini,” tandas Hasyim. (min)


Terkait