Warta

Khittah NU 1926 Sudah Tepat

Selasa, 2 November 2004 | 05:08 WIB

Jakarta, NU Online
Posisi dan peranan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kemasyarakatan sesuai khittah 1926 dengan lebih berkonsentrasi pada bidang garap kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan pengembangan ekonomi dinilai sudah tepat. "Sekarang problemnya adalah bagaimana perilaku berbagai orang agar tidak mengkooptasi NU," ungkap anggota DPR FPPP, Ahmad Muqowwam kepada NU Online di ruang kerjanya, Selasa (2/11).

"Khittah 1926 sebagai produk tertinggi dari NU secara qua konsep sudah bagus tinggal implementasinya. Yang masih menjadi persoalan adalah pola berfikir orang-orang di dalamnya, apakah dia diuntungkan oleh khitah atau tidak dan kalau semuanya menyadari ini tidak akan terjadi kooptasi," katanya. Untuk itu menurutnya harus ada kesadaran dari para pengurus NU baik dari pusat sampai ranting untuk tidak menjadikan NU sebagai alat kekuasaan yang berujung kepada kepentingan pribadi.

<>

"Politik yang dijalankan haruslah politik inspiratif, politik kebangsaan yang menghindari kepentingan kekuasaan sesaat," ujarnya. Jika politik ini yang digerakkan melalui gerakan kultural, misalnya, NU dapat leluasa dan eksis mengatasi sekat golongan, partai, ideologi, dan agama, serta mampu memimpin di tengah masyarakat.

Dikatakan Muqowam, landasan khittah yang dipahami dirinya bukan berarti menafikan NU dari urusan-urusan politik. "Boleh saja NU berpolitik, dan kalau toh NU harus terlibat dalam politik dan diplomatik, maka koridornya tidak lepas dari masalah-masalah sosial keagamaan, karena NU sendiri tidak memiliki visi dan misi perebutan kekuasaan," papar mantan ketua korcab PMII Jateng ini.

Dia mencontohkan, bagaimana dulu diawal-awal kelahirannya NU memainkan peranan politik dalam memperjuangkan idealisme dan ideologinya. Ketika pemerintah Saudi Arabia yang ingin melenyapkan situs-situs sejarah Islam di tanah Hizaz, termasuk makam rasulullah SAW, NU ketika itu melakukan gerakan keperihatinan dan menolak keras yang dilakukan kebijakan khalifah di tanah Arabia itu. "Ini membuktikan bagaimana dulu  NU memiliki daya tawar tinggi di mata dunia internasional dan dimata dunia Islam," kata politisi senior PPP ini.

Karena itu, momentum muktamar ke-31 di Solo Nopember mendatang seluruh warga NU baik yang berada di struktural dan kultural hendaknya merefleksi pergerakan organisasi yang di dirikan ulama ini agar tidak melenceng dari yang dicita-citakan semula. Yakni mempertahankan khittah secara murni sebagai ormas keagamaan (jam'iyah diniyah ijtima'iyah) yang menangani dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi untuk memberdayakan umat. (cih)

 


Terkait