Warta

Kita Terburu-buru Ingin Jadi Negara Maju

Kamis, 27 Juli 2006 | 09:49 WIB

Yogyakarta, NU Online
Kesalahan penting dalam paradigma pembagunan di Indonesia adalah keinginan untuk secepat mungkin dapat disebut sebagai negara maju dengan standar kemajuan yang telah didefinisikan sendiri oleh negara-negara yang telah maju, yakni beralih dari sektor pertanian menuju sektor industri.

Akibatnya, pembangunan diarahkan untuk mendukung sektor industri agar lari cepat. Sementara Indonesia kewalahan menyusul kemajuan teknologi indutri, negara yang mempunyai lahan paling subur ini telah meninggalkan sektor pertaniannya.

<>

“Ibaratnya kita itu orang desa yang ingin segera maju. Kalau di pesantren istilahnya belum katam (selesai) kitabnya,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta KH. Mochammad Maksum kepada NU Online di Yogyakarta (27/7).

Pertanian, mengutip istilah Bung Karno, adalah soal hidup dan mati. Demikianlah juga di negara-negara industri maju. Pertanian menjadi sebagai sektor terpenting dalam pertahanan nasional. Anehnya, di Indonesia pertanian menjadi tidak menarik.

Ya karena teori ekonomi yang kita pakai memang begitu. Kita seneng dengan istilah "dikotomi", mengambil yang satu dan membuang yang lain. Saya agak setuju dengan konsep “dualisme ekonomi.” Pertanian dan industri bisa berjalan bareng,” kata Maksum.

Dikatakan dosen pertanian di Universitas Gajah Mada itu, sedianya teori ilmiah yang dipakai oleh para birokrat adalah yang benar-benar memihak pada petani. “Terbukti tesis bahwa industrialisasi itu menjadi puncak kemajuan peradaban ternyata gagal. Pemerintah Amerika saja secara praksis tidak pernah menganut teori itu,” katanya. (nam)


Terkait