Hampir sebulan 119 mahasiswa Indonesia dievakuasi dari Libya akibat konflik antara masyarakat pro dan anti Khadafi. Mereka pun mempertanyakan kelanjutan studi yang terganggu.
"Mahasiswa Indonesia yang belajar di Libya berjumlah 119 orang, semuanya mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Libya. Namun dengan adanya konflik di sana, pendidikan mahasiswa bisa terhenti jika tidak segera dilakukan langkah penanggulangan," kata Ketua Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia (KMMI) Libya, Miftakhur Risal.
/>
Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2011). Menurutnya, dirinya dan keseratus kawannya yang rata-rata telah berkuliah di Libya selama 4 tahun mengharapkan ada keseriusan pemerintah dalam memperhatikan studi mereka.
Para mahasiswa meminta agar Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama untuk membantu dan memfasilitasi proses transfer pendidikan mahasiswa Indonesia ke perguruan tinggi di tanah air dan tetap mendapat beasiswa jika melanjutkan studi di Libya tidak memungkinkan lagi.
"Selain itu, kami berharap kepada Satgas Nasional untuk tetap mengawasi dan mengawal mahasiswa pasca evakuasi baik kelanjutan pendidikan maupun aspek finansial," imbuhnya.
Risal harus menunda impiannya untuk menyanding gelar sarjana akibat konflik tersebut. Risal terdaftar sebagai mahasiswa Institut Dakwah Islamiyah, jurusan Sastra Arab di Tripoli, sebagai mahasiswa tingkat akhir.
"Saya sudah kuliah di sana selama 4 tahun dan tinggal 3 bulan lagi untuk lulus. Karena konflik ini, studi saya terbengkalai. Saya ingin kembali melanjutkan sekolah," tutupnya dengan raut muka sedih. (ful)