Warta

PCI-NU Taiwan Latih Pembuatan Biogas dan Bioethanol

Jumat, 30 Januari 2009 | 03:37 WIB

Taipei, NU Online
Keberadaan Pengurus Cabang Istimewa (PCI-NU) Taiwan memberikan manfaat nyata bagi warga NU di sana. Mereka menyelenggarakan pelatihan pembuatan biogas dari kotoran sapi dan bioethanol dari singkong pada Ahad (25/1) lalu.

Pelatihan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dikemas dalam acara workshop PCI-NU 2009 yang digelar atas inisiatif PCI-NU Taiwan bekerja sama dengan Keluarga Muslim Indonesia di Taiwan MTYT dan FORMMIT serta didukung penuh oleh Kantor Dagang & Ekonomi Indonesia (KDEI), Surat kabar Indosuara, dan majalah INTAI.<>

“Peluang dan potensi PCI-NU Taiwan cukup besar untuk berkembang dilihat dari jumlah orang Indonesia yang berada di Taiwan, sebagian besarnya adalah warga nahdliyyin,” kata Ketua Tanfidziyyah PCINU Taiwan Edi Sunaedi di sela-sela pelatihan di areal masjid kecil, Taipei, Ahad siang.

Menurut Edi Sunaedi, pesatnya peningkatan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan pribadi dan keluarga TKI di Indonesia. Melalui pelatihan ini, diharapkan dapat tercetus ide-ide kreatif untuk berwirausaha dan selanjutnya membuka peluang kerja di dalam negeri Indonesia nantinya. “Dan pada akhirnya, tidak perlu lagi ke Taiwan sebagai buruh,“ jelasnya.

Peserta pelatihan berjumlah 35 orang, yang sebagian besar adalah TKI pria. Dalam pelatihan pembuatan biogas, pupuk organik, dan bioetanol tersebit, langsung dipandu oleh Rais Syuriah PCI-NU Dr Setiyo Gunawan, yang juga dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Gunawan, saat pemberian pelatihan mengemukakan, pihaknya bersedia membimbing dan mendampingi segala kebutuhan masyarakat di bidang bioenergi (biogas, bioetanol dan biodiesel), terutama yang terkait dengan pelatihan keterampilan.

“Silakan manfaatkan kami. Kami sangat berterima kasih bila ada yang bekerja sama dengan kami,” tutur Gunawan, yang sedang bekerja sebagai peneliti (post doctoral) di Taiwan Tech.

Ia berharap agar pelatihan tersebut dapat dipraktikkan kelak di Indonesia. Sebab, salah satu indikasi keberhasilan pelatihan adalah peserta dapat mempraktkkan ilmunya. “Minimal untuk dirinya sendiri. Syukur-syukur kalau bisa dikomersilkan. Bahan bakunya juga gampang. Asal ada kemauan pasti bisa,” terang Gunawan. (mad)


Terkait