Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan berharap Muktamar ke-32 NU di Makassar tidak hanya sekadar membahas pergantian kepengurusan semata, namun juga nasib kaum buruh imigran Indonesia yang sebagian besar adalah kaum Nahdliyin atau warga NU.
"Muktamar di Makasar saya harap tidak sekadar membahas reformasi kepengurusan, namun juga mengulas masalah keagamaan serta nasib kaum buruh yang mengais rezeki di luar negeri, termasuk di Taiwan," kata Mustasyar PCINU Taiwan Nabil Haroen menjelang keberangkatannya ke Makassar di bandara Juanda, Surabaya, Ahad (21/3).
/>
Beragam permasalahan yang kerap menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI), lanjut Nabil, membutuhkan perhatian serius dari Pengurus Besar NU (PBNU). Saat ini, TKI yang mengais rezeki di Taiwan tak kurang dari 150.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka adalah warga Nahdliyin.
Menurut Nabil, selain terkendala masalah bahasa dan budaya, tindak kekerasan dan penipuan, masalah akidah TKI yang berpaham ahlussunah juga mendapat ancaman serius.
"Upaya wahabisasi dan kristenisasi sangat gencar dilakukan. Mereka membutuhkan peran seorang da'i guna membentengi akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Jika PBNU tidak memberi perhatian serius dalam masalah ini, bisa dipastikan mereka akan berbalik 'memusuhi'. Jangan sampai NU kehilangan kepercayaan masyarakat," jelas Nabil.
Ia menambahkan, sebenarnya PBNU pernah berjanji untuk mengirimkan da'i, namun hingga kini janji itu urung terealisasi.
Nabil Haroen yang ditemani tiga orang dari PCINU Taiwan kembali menegaskan, beragam persoalan yang kerap menimpa TKI merupakan subtansi penting yang perlu dimasukkan dalam agenda pembahasan Muktamar kali ini. (mkh)