Warta

Penyelesaian Konflik Palestina-Israel Harus Libatkan Masyarakat Sipil

Kamis, 24 Agustus 2006 | 08:51 WIB

Jakarta, NU Online
Upaya penyelesaian konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel harus diselesaikan secara komprehensif dengan melibatkan masyarakat sipil melalui dialog para tokoh dan pemuka agama dari kedua belah fihak. Demikian diungkapkan oleh Ketua PBNU Prof. Dr. Masykuri Abdillah dihadapan para calon diplomat Thailand yang berkunjung ke PBNU, Kamis.

Wakil rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tersebut mengungkapkan bahwa pendekatan diplomatik dalam upaya membantu penyelesaian masalah kadangkala tidak bisa dilakukan secara lancar.

<>

“Misalnya saja pemerintah Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan pemerintah Isreal, pasti timbul kecaman dari berbagai fihak sementara kalau hubungan ini berlangsung antar warga negara atau people to people diplomacy, tak akan ada masalah,” tuturnya.

Melalui pertemuan dan dialog antar tokoh yang dipercaya oleh masing-masing masyarakat, nantinya akan diperoleh masukan-masukan yang tidak bersifat politis, tapi lebih mengedepankan kepentingan bersama.

Dikatakannya bahwa ide ini sudah disosialisasikan kepada Deplu RI dan mereka menyambutnya dengan baik dan bersedia memfasilitasi upaya ini. Namun sejauh ini belum ada langkah kongkrit karena saat ini lebih diupayakan penyelesaian masalah dengan melibatkan PBB.

Sebelumnya upaya mendamaikan Palestina dan Isreal ini telah dilakukan oleh Gus Dur semasa menjabat sebagai ketua umum PBNU, namun Gus Dur mendatangi Israel dahulu sehingga menimbulkan penolakan dari masyarakat Pelestina. Karena itulah Masykuri berencana untuk mendatangi masyarakat Pelestina dahulu baru setelah mereka bersedia, ganti melakukan pendekatan ke masyarakat Isreal.

PBNU melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS) berusaha mengembangkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dan melakukan diplomasi people to people. Para tokoh agama yang selama ini dipercaya oleh masyarakat diajak duduk bersama untuk berdialog dan mencari solusi. Saat ini telah berlangsung dua kali konferensi internasional yang mengundang ulama dan tokoh agama Islam pada 2004 dan 2006. Pada konferensi kedua tersebut, delegasi dari 53 negara datang.

PBNU telah diundang oleh beberapa pemerintah untuk membantu memberi masukan dan menyelesaikan masalah seperti konflik yang terjadi di Thailand Selatan oleh pemerintah Thailand, konflik antara umat Islam dan Hindu di India oleh pemerintah India, upaya pencegahan penyerbuan ke Irak, krisis nuklir di Iran dan lainnya.

Sebanyak 16 orang calon diplomat yang belajar di Institue of Foreign Affairs Thailand mengunjungi PBNU untuk lebih mengenal ormas Islam terbesar di Indonesia. “Dalam kunjungan ke PBNU ini, kita bisa tahu dan belajar tentang Islam moderat di Indonesia,” tandas Dubes Thailand Atacha Seriputra yang menyertai rombongan. (mkf)


Terkait