Ponorogo, NU Online
Ponorogo menyimpan banyak tradisi dan budaya. Selain reog yang begitu terkenal hingga mancanegara, ternyata Idul Fitri kota Ponorogo mempunyai tradisi unik.
Ali (34) salah satu warga kota Ponorogo menuturkan kalau pasar rakyat yang digelar setiap lebaran dimulai sejak tanggal 20 Ramadhan hingga 15 Syawal dan akan mengalami puncak keramaian pada lebaran hari pertama hingga ketujuh.<>
Pasar rakyat yang berada di alun-alun kota Ponorogo ini mencapai puncaknya pada hari pertama Idul Fitri. Tradisi ini tentu tidak dijumpai daerah lain yang pada umumnya masyarakat lebih memilih silaturahmi ke sanak famili, dari yang terdekat hingga yang terjauh selagi masih terjangkau, sedang di daerah sini rasanya tidak afdlol kalau pada hari lebaran tidak turut meramaikan puncak pasar rakyat ini.
Pedagang yang menjajakan aneka macam hiburan, makanan, souvenir dan cenderamata khas Ponorogo seperti kaos, miniatur reog, penthulan, barongan dan lainnya ini tidak hanya datang dari kabupaten Ponorogo sendiri, bahkan dari daerah lain. Wito (45) salah satu pedagang asal Nambang Rejo, sebuah daerah di barat kabupaten Ponorogo menuturkan kalau jumlah pedagang kurang lebih 500 stand yang menjajakan.
Seperti Wito dan pedagang lainnya, motif mereka adalah mengais rizki di hari yang fitri sambil melestarikan tradisi, maka tak heran jika masyarakat luar kotapun yang melintas di kota Ponorogo tidak menyia-nyiakan momen ini. "Pembelinya banyak yang dari luar kota," terang Wito saat ditemui kontributor NU Online.
Wito yang sudah berdagang empat kali lebaran menaruh harapan kepada pemda setempat untuk bisa memberi fasilitas yang merata sehingga baik pembeli maupun pedagang merasa diuntungkan.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Aan Zainul Anwar