Jakarta, NU Online
Sebanyak 222 orang warga di Bekasi Jabar) dan Boyolali (Jateng) terkena diare selama musim kemarau yang terjadi dalam kurun waktu April sampai Agustus 2003, kata Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi.

"Enam orang diantaranya meninggal dalam kejadian luar biasa diare di Jawa Barat dan Jawa Tengah itu," kata Menkes seusai acara peluncuran buku tentang Pertolongan Gawat Darurat bagi Korban TKI di Nunukan dan Bom Bali di Jakarta, Rabu.

Menurut Menkes, diare itu terjadi akibat mengkonsumsi air yang tidak sehat dan membuang kotoran di sungai yang mengering tanpa membersihkannya dengan air yang cukup sehingga menimbulkan penularan bakteri ecoli sebagai penyebab diare.

Untuk kasus diare di Jawa Barat antara lain terjadi di Kabupaten Bekasi mencapai 120 orang, sedangkan di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Boyolali sebanyak 102 orang.

Menteri meminta masyarakat agar selalu menjaga kebersihan mulai dari rumah tangga dan lingkungannya (RT dan RW), selalu mencuci tangan setelah membuang air besar dan sebelum makan, selalu minum air yang sudah dimasak, membuang kotoran di jamban, membuang sampah di tempat sampah, dan segera ke Puskesmas atau rumah sakit bila menderita gejala sakit.

Untuk mengantisipasi kekeringan, Depkes  menyiapkan bantuan berupa 200.000 paket tablet penjernih air, kaporit sebanyak 3 ton, larutan insektisida sebanyak 136 liter, bahan campuran insektisida (desinfektan) 5.000 liter, kantong plastik sampah 75.000 lembar dan kelambu 2.000 buah.

Apabila ada desa tidak memiliki air bersih atau air yang sehat, kata Menkes, disarankan agar meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan setempat agar dibersihkan.

Pemerintah dalam menanggulangi bencana kekeringan berencana memberi bantuan beras gratis 20.000 ton bagi 250.000 KK petani dan memberi bantuan 150 unit tangki air di Jawa mulai September hingga Oktober 2003.

Mengenai penyediaan air, disebutnya sebagai merupakan tanggung jawab depkimpraswil, sedangkan Depkes bertanggung jawab terhadap pemeriksaan air dari segi kesehatan.(mkf)