Warta

Sebagian Masyarakat Kudus tidak Tabu lagi Qurban Sapi

Senin, 7 November 2011 | 04:00 WIB

Kudus, NU Online
Sejak dulu,  masyarakat Kudus  menyembelih sapi untuk qurban masih tabu. Karena mereka mematuhi ajaran Sunan Kudus yang menghimbau tidak menyembelih hewan tersebut  dengan tujuan menghormati ummat Hindu. Hingga kini, ajaran Sunan Kudus ini masih tetap terjaga di lingkungan Masjid Menara Kudus.

Namun dari pantauan NU Online pada hari raya Idul Adha (6/11) kemarin, tidak sedikit masyarakat Kudus di beberapa desa berqurban dengan menyembelih sapi. Diantaranya warga dukuh Jerabang Padurenan Gebog, kampus Universitas Muria Kudus, warga Jekulo dan masyarakat Jetiskapuan Jati Kudus, masing-masing menyembelih sapi dengan beragam jumlahnya.
<>
Melihat dinamika masyarakat yang demikian, dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang Zudi Setiawan mengatakan ajaran sunan Kudus tersebut seharusnya  tetap dilaksanakan untuk dijadikan bukti dan tuntunan zaman Walisongo yang telah mengajarkan pluralisme dan toleransi.

“Sebagai waga Kudus, perlu mempertahankan dengan tidak menyembelih sapi. Minimal dikalangan warga NU wajib menjaganya,” ujar pria asli Kudus ini.

Menurut Zudi, himbauan Sunan Kudus tentang sapi ini seperti halnya ajaran tahlilan, tarawih 20 rekaat yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama sehingga semuanya tergantung masyarakatnya.

“Bagi yang menolak ajaran tersebut dan menyembelih sapi berarti mereka mempunyai pendapat lain. Kita tidak perlu mempermasalahkannya,” ujarnya.

Apalagi ajaran tersebut, tambah Zudi, bersifat khusus hanya ditujukan kepada anak cucu Sunan Kudus.

“Yang wajib menjaga dan mematuhi ya warga NU, kalau yang lainnya dipersilahkan. Karena NU adalah generasi anak cucu Sunan Kudus,” tuturnya.

Kepala Humas UMK, Zamhuri mengatakan pemaknaan toleransi tak harus disimbolkan dengan sapi, tapi bisa melalui media pendidikan.

”Bukan berarti kami tidak hormat terhadap Sunan Kudus. Kami memaknai ajaran tersebut lebih luas lagi bahwa simbol toleransi tidak hanya sapi,” ujar Zamhuri di sela-sela penyembelihan hewan qurban sapi di universitan Muria Kudus, Ahad (6/11).

Zamhuri mengakui pergeseran sudut pandang kebudayaan terhadap ajaran Sunan Kudus memang terjadi, namun tak menghilangkan esensi.

”Ajaran Sunan Kudus itu merupakan konstruksi budaya yang dibuat Sunan Kudus pada masa itu. Sekarang toleransi dapat diwujudkan melalui berbagai simbol lain,” tuturnya.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Qomarul Adib


Terkait