Utang dalam negeri maupun luar negeri Indonesia terus bertambah sepanjang 2004 hingga sekarang. Tiap tahun, penambahan utang Indonesia baik dalam maupun luar negeri mencapai rata-rata Rp 80 triliun.
"Tiap tahun ada tren peningkatan rata-rata Rp 80 triliun selama 2004 sampai 2008. Terjadi peningkatan dalam penerbitan SUN (surat utang Negara), global bond, dan lain-lain. Ini memang jadi target pemerintah untuk menutup defisit," kata Ketua Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan.<>
Dia menilai, kebijakan pemerintah terkait utang terutama yang berasal dari luar negeri tidak berubah. Bahkan, pemerintah mengandalkan utang luar negeri untuk menambal defisit.
"Hal itu bisa dibuktikan dengan outstanding utang yang terjadi selama 5 tahun terakhir," katanya seperti dilansir Suara Merdeka, Jum'at (10/4).
Pada 2008, ujar dia, pemerintah menarik utang baru yang mencapai Rp 392 triliun. Angka yang dilansir KAU tidak jauh berbeda dengan Laporan Perekonomian Indonesia 2008 oleh Bank Indonesia. Sepanjang 2008 jumlah utang pemerintah bertambah sebesar 8,69 miliar dolar AS. Jumlah tersebut meningkat 60% dibandingkan penarikan utang pemerintah di tahun 2007.
Menurut laporan tersebut, secara neto, peningkatan penarikan utang luar negeri Indonesia 2008 masih lebih besar dibandingkan pembayaran utang luar negeri pemerintah di tahun yang sama. Pada paruh pertama tahun 2008, penarikan utang luar negeri terutama dilakukan melalui pasar komersial yakni dengan menerbitkan surat utang (obligasi) valas di pasar internasional dengan total penerbitan sebesar 4,2 miliar dolar AS.
Sementara penarikan utang luar negeri pada paruh kedua tahun 2008 terutama dilakukan dalam bentuk pinjaman program yang berasal dari lembaga internasional.
Untuk utang luar negeri swasta, dikatakan kondisi krisis keuangan global belum terlalu mempengaruhi aktivitas penarikan utang luar negeri swasta secara keseluruhan. Berdasarkan data BI, total penarikan utang luar negeri swasta sepanjang 2008 sebesar 37,08 miliar dolar AS melampaui total penarikan selama 2007 yang sebesar 27,8 miliar dolar AS atau naik 33,1%.
Meningkatnya aktivitas penarikan utang luar negeri swasta seiring dengan peningkatan komitmen baru yang diterima pihak swasta Indonesia sehingga memungkinkan pihak swasta masih menikmati perolehan dana utang luar negeri 2008.
Dengan begitu, pada akhir 2008 posisi utang luar negeri pemerintah dan swasta meningkat mencapai 149 miliar dolar AS. Kondisi itu, menurut Dani, berdampak negatif bagi Indonesia. Karena utang luar negeri akan membuat Indonesia ketergantungan baik secara politik maupun ekonomi dengan negara atau lembaga kreditor.
"Setiap pinjaman baru harus dimaknai sebagai peluang negara-negara kreditor menjual produknya. Dengan berhutang, Indonesia harus membuka membuka pasar bagi produk negara kreditor. Akibatnya, Indonesia bergantung dengan impor yang membuat industri nasional melemah karena ngga ada dukungan pemerintah," jelasnya. (nam)