Daerah

5.000 Penduduk di Desa Ini Alami Krisis Air

Kam, 5 November 2015 | 11:01 WIB

Grobogan, NU Online
Kemarau bertambah panjang, musim hujan belum kunjung datang. Desa-desa di Jawa Tengah mengalami kekeringan dan krisis air. Termasuk di Brabo, salah satu desa di Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan. Sebuah desa berpenduduk 5.000 orang ditambah santri pondok pesantren sebanyak 2.200 orang.<>

Dampak kekeringan ini dirasakan oleh Pesantren Sirjouth Tholibin asuhan KH. M. Shofi Al Mubarok Baedlowie. Pesantren ini telah kehabisan air sejak 15 hari yang lalu. Semula, pesantren tersebut rutin  mengandalkan pasokan air dari mata air sendang berjarak 1,5 km dari pesantren dan suplai PDAM milik Pemkab Grobogan. Namun kini keduanya tidak adak air yang bisa dialirkan. 

Fathul Ilmi, pengurus pesantren setempat menjelaskan bahwa setiap hari ngangsu air sejauh 5 km “Kami sampai membeli mobil tanki dengan kapasitas 8.000 liter ini untuk kegiatan ngangsu setiap hari hingga sekarang,” jelasnya, Rabu (4/11).

Ia melanjutkan, tanpa ngangsu, para santri tidak bisa menggunakan air sama sekali, karena kita benar-benar kehabisan air. Namun akhir-akhir ini mulai mendapatkan bantuan air bersih dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Grobogan.

Menurut M. Nor Rohim, kepala desa Brabo menyatakan bahwa pemerintah berusaha semaksimal mungkin, namun belum membuahkan hasil signifikan. “Kami sudah mendatang ahli geolistrik dua kali, namun masih gagal. Tapi mulai tahun ini insya Allah akan dimulai proyek PAMSIMAS,” tegasnya.

“Yayasan Tajul Ulum bersama warga masyarakat dan pesantren-pesantren setempat menggelar sholat istisqo’, memohon hujan kepada Allah Ta’ala di Lapangan Desa Brabo, Grobogan, Rabu (4/11),” ungkap H. Nur Hamid, M.Pd.I, ketua yayasan setempat. 

Kegiatan dilaksanakan dengan sholat 2 rakaat dengan imam Kiai Rohwan, AH dan khutbah oleh Kiai Ahmad Labib, S.Sy. Dalam Khutbahnya, ia menyitir Al Qur’an “Hai para manusia, sesungguhnya kalian adalah membutuhkan Allah” Q.S Fatir : 15 

“Dengan adanya kemarau ini menunjukkan bahwa kita adalah lemah, tidak bisa mendatangkan air atau apapun kecuali atas kehendak Allah SWT,” tuturnya. 

Ia juga menyerukan untuk bersama-sama memohon ampunan kepada Allah SWT, supaya terhindar dari segala macam bala’ dan hujan segera turun. Acara ditutup doa bersama dengan dipimpin oleh KH. M. Shofi Al Mubarok dan KH. Abdul Wahab Idris. (Ahmad Mundzir/Fathoni)