Daerah

Ajarkan Toleransi, Drama “Jahiliyah” Diminati Para Santri

NU Online  ·  Senin, 7 Oktober 2013 | 01:00 WIB

Yogyakarta, NU Online
Panggung Taman Budaya Yogyakarta tampak meriah oleh konser drama musikal “Jahiliyah” persembahan dari Komunitas Seni Pertunjukan Islam (KSPI) Yogyakarta, 5 dan 6 Oktober 2013. Pertunjukan ini menarik minat banyak kalangan, termasuk para santri.
<>
Puluhan santri Pondok Pesantren Diponegoro Sleman, Yogyakarta, terlihat antusias menyaksikan drama yang mengandung kritik terhadap perilaku beragama manusia modern ini.

“Kenapa banyak manusia beragama tapi masih mendustakan kitab dan nabinya, ya? Karena mereka masih kerdil dalam beragama,” salah satu kutipan dialog dalam drama musikal “Jahiliyah”.

Kritik terhadap penguasa pun sangat kental dalam cerita ini. Dabba, sebagai tokoh utama yang kejam dan tak percaya akan adanya Tuhan, akhirnya mati ditelan sejarah. Akan tetapi anak turunnya tetap hidup dalam wajah yang berbeda dan lebih mengerikan.

“Saya sangat senang dan mendapat banyak pelajaran dari nonton drama ini,” kata Ahmad, salah satu santri Pesantren Diponegoro Sleman. Selesai pertunjukkan, para santri berbondong-bondong menuju bus yang disediakan pengurus pesantren.

Ketua PW Fatayat NU DI Yogyakarta Isti Zusrianah mengungkapkan kekagumannya terhadap drama yang disutradarai Knyut Y Kubro ini. 
“Ini termasuk metode dakwah modern yang penuh dengan nilai perdamaian, toleransi dan memberikan sebuah inspirasi yang indah bagi manusia zaman sekarang,” katanya.

Menurut mantan Ketua PW IPPNU DI Yogyakarta Lasmi, pertunjukan ini layak ditonton generasi muda Islam saat ini, termasuk di kalangan santri. Dia menilai para santri belum banyak yang terbiasa dengan kehadiran pemeluk agama lain.

“Nah dengan menonton drama ini bisa menjadi inspirasi tersendiri buat mereka, karena tadi juga ada penafsiran dari surah al-kafirun ‘bagimu agamu dan bagiku agamaku’. Tidak perlu ada rasa ingin saling menghancurkan atau menguasai,” komentar Lasmi pengurus PW Fatayat NU DI Yogyakarta. (Muyassaroh Hafidzoh/Mahbib)