Daerah

Bagaimana Aktivis NU Bangga dengan Tokohnya?

Jum, 2 November 2012 | 09:12 WIB

Sukabumi, NU Online
Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Sukabumi mengaku diberi nama depan oleh KH Ahmad Syaikhu, salah seorang tokoh NU tahun 70-an. 

<>

“Sebelumnya nama saya hanya Syamsuddin,” katanya kepada NU Online, di Cibadak, Sukabumi, Selasa, (30/10). 

Kemudian ia bercerita bagaimana pertemuannya dengan KH Ahmad Syaikhu. “Pada tahun 1974, usia saya baru berusia 18 tahun, nyantri di pesantren Al-Falah yang dipimpin KH Abdullah Sanusi, tokoh NU Sukabumi yang mewakili daerahnya manghadiri Muktamar NU 1952 di Palembang,” jelasnya. 

Pada tahun tersebut, sambung Syamsuddin, pesantren Al-Falah dikunjungi tiga tokoh NU, yaitu KH Idham Chalid, KH Ahmad Syaikhu dan Subhan ZE.

“Kalau tidak salah urusan partai PPP,” katanya.

Santri Syamsuddin dipercaya ajengan untuk menerima tamu, memberi suguhan makanan, dan minuman. Ketika ia hendak undur diri, entah sebab apa, KH Ahmad Syaikhu menahannya. 

“Sebentar, siapa namamu?” tanya KH Ahmad Syaikhu.

“Syamsuddin,” jawabnya.

“Saya kasih tambahan nama depan ya. Ditambah Imam. Jadi, Imam Syamsuddin.”

Syamsuddin adalah santri yang menghormati guru. Juga sahabat guru. Diberi nama depan seperti itu, diterima dengan ikhlas. Nama depan “Imam” melekat hingga sekarang.

Selain aktif di NU, Syamsuddin yang juga jebolan jurusan sejarah IKIP Bandung ini adalah dosen di STAI Al-Masthuriyah. Juga mubaligh polpuler di Sukabumi. Salah satu ciri khas ceramahnya selalu bernuansa sejarah lengkap dengan tanggal dan tahun. 

Selain itu, ia aktif mengajar ngaji ibu-ibu dan bapak-bapak di kediamannya, Cibadak, Sukabumi.


Penulis: Abdullah Alawi