Daerah JIHAD PAGI

Bahas Bid'ah, Jihad Pagi Kupas Kitab Karya Ulama Maroko

Ahad, 3 Februari 2019 | 13:00 WIB

Bahas Bid'ah, Jihad Pagi Kupas Kitab Karya Ulama Maroko

Syekh Abdullah Gumary (Ist.)

Pringsewu, NU Online
Berdasarkan referensi Kitab Itqanus Sun'ah fi Tahqiqi Maknal Bid'ah karya Syekh Abdullah Ghumary, Dai muda Provinsi Lampung H Ahmad Musaddad Kholil menjelaskan secara gamblang dengan dalil yang shahih terkait makna bid'ah dalam kitab karya ulama Maroko tersebut.

Dai muda yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Al Azhar, Mesir ini memaparkan pembahasan ini di depan jamaah Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula gedung NU Pringsewu, Lampung, Ahad (3/2).

Gus Saddad, begitu putra Ketua Umum MUI Lampung ini biasa disapa mengungkapkan, kondisi saat ini banyak orang yang belum memahami makna bid'ah secara komprehensif. Akibat memahami hadits secara tekstual, banyak yang berpendapat bahwa semua ibadah harus berdasarkan Rasulullah. Apa-apa yang tidak ada di zaman Rasul maka semua ditolak.

Padahal jika mau terus belajar, banyak ibadah kita saat ini yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah namun tetap memiliki dasar hukum kuat.


Foto: H Ahmad Musaddad Kholil

"Nabi melakukan ibadah kesunahan secara umum. Hal ini dilakukan Nabi karena khawatir akan dinilai wajib oleh umatnya. Nabi juga meninggalkan kesunahan karena takut akan menyusahkan umatnya," kata pria kelahiran Bandarlampung ini.

Di antara bentuk bid'ah yang ada seperti shalat tarawih berjamaah, kata Assholatu khairun minan naum pada adzan Shubuh, meneruskan rakaat makmum yang masbuq (tertinggal) dan membukukan Al Qur'an.

"Semua itu adalah produk bid'ah dan menjadi bukti bahwa sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi bukan berarti haram untuk dilakukan," tegas Gus Saddad yang saat ini sedang menyelesaikan tesisnya pada Fakultas Syariah, Program Studi Siyasah Syariyyah Universitas Al-Azhar ini.

Ia juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya tidak melakukan semua perkara mubah dan semua perkara sunah karena Nabi disibukan dengan hal-hal yang lebih prioritas yaitu berdakwah, berjihad, menjaga wilayah islam dan aktifitas keumatan lainnya.

Selain memaparkan secara tuntas tentang definisi bid'ah, Gus Saddad juga memberikan motivasi kepada jamaah yang sebagian merupakan para santri dan pelajar untuk terus belajar agar tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang gampang menyalahkan amaliah Aswaja An-Nahdliyah.

Ia memotivasi mereka untuk dapat mengikuti jejaknya belajar di Universitas Al-Azhar dengan memberi tips bagaimana bisa mendapatkan beasiswa di Negeri para Nabi itu.

"Saat ini kuota pelajar Indonesia di Al Azhar bertambah dari yang tadinya hanya 400-500 sekarang mencapai 2000 pelajar setiap tahun. Pendaftaran biasanya dimulai dari April sampai Juli dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi," jelasnya.

Di antara persyaratan tersebut yakni hafal minimal 3 Juz, mengarang cerita dengan menggunakan bahasa Arab, dan mengikuti test yang mencakup Fiqih, Sejarah, Bahasa Arab dan sejenisnya.

"Saat ini waktu belajar di Mesir ditempuh selama 5 tahun yang sebelumnya 4 tahun. Karena tahun pertama ada kelas tambahan berupa kelas untuk mendalami Bahasa Arab," pungkas alumni Pesantren Al Hikmah Benda, Brebes, Jateng ini. (Muhammad Faizin)