Daerah HARI SANTRI 2016

Bawakan Sajak Jihad 945, Mutakim Juara Cipta Baca Puisi Wilayah Mataraman

Sel, 18 Oktober 2016 | 21:03 WIB

Jombang, NU Online 
Mutakim, salah seorang mahasiswa STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang raih juara dua cipta baca puisi se-Mataraman yang diadakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di aula PCNU Kabupaten Kediri, Selasa (18/10/2016). Lomba tersebut merupakan salah satu rangkaian untuk menyambut hari santri nasional.

Pria yang juga menjadi Pengurus Komisariat di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di kota santri itu berhasil menepis puluhan peserta dalam kompetisi tersebut. 

"Ada 4 kategori lomba, pertama cipta baca puisi, pantun, esai kebudayaan dan orasi kebangsaan. Namun untuk peserta cipta baca puisi sendiri 37 orang," katanya kepada NU Online. 

Namun demikian ajang kompetisi itu, masih akan dilakukan seleksi kembali dari beberapa pemenang masing-masing kategori lomba yang sebelumnya juga diadakan serentak di sejumlah titik oleh PWNU. Hal ini akan digelar tepat pada hari santri nasional (HSN) tanggal 22 Oktober 2016 di aula PWNU Jawa Timur Surabaya. 

Takim, sapaan akrabnya menceritakan, kemampuan dalam cipta baca puisi ditekuninya sejak masih duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Baginya, dunia sastra menjadi salah satu media dakwah melalui rangkaian sajak-sajaknya yang indah. "Saya ingin berdakwah, dan salah satunya melalui sastra ini," ucap pria kelahiran Wonosobo, 31 Januari 1996 itu. 

Sesuai judul puisi "Sajak Jihad 945", yang dilombakan itu, ia mengajak kepada para santri khususnya, untuk tidak melupakan sejarah perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini yang kemudian dikenal istilah resolusi jihad.

"Melalui peringatan hari santri ini, saya berharap kepada para santri agar kembali mengenang resolusi jihad untuk kemudian mengaplikasikan nilai-nilia jihad itu dalam konteks kekinian," ujar dia.

Menurutnya, sejarah resolusi jihad itu menunjukkan bahwa jiwa para santri harus berani dan tampil percaya diri (PD) dengan segala kemampuan yang dimiliki, meski mereka dikenal sebagai kaum sarungan. 

"Para santri harus  kritis, agamis, dan juga reformis. Jangan lagi malu dikatakan kaum sarungan. Lebih baik sarungan tetapi berakhlaq dari pada berjas tetapi memakai uang rakyat," tegasnya. 

Berikut karya puisi Mutakim. 

Sajak Jihad 945

Para mujahid bertiarap di kolong kota
Serdadu gagah sejuta nyawa
Bahu-membahu...
Menumpas kekejaman di negeri khatulistiwa
Bersatu padu...
Enyahkan segala benih kebiadaban
Tak ada darah yang menetes sia-sia
Sebab kesyahidan adalah kematian yang sempurna

Dan kita bergabung dalam kabilah kebajikan
Yang bermunajat dalam syariat keislaman
Kutunaikan sebuah kewajiban
Titah jihad kaum sorban
Benamkan segala buih penindasan
Di lembah sejarah bangsa
Disaksi senja merah saga
Yang disimbah doa

Sang santripun bergegas ke medan laga
Dibawah sayap-sayap restu ulama
Ini tanah kita !
Nurani rakyat di sebujur mahligai nusantara
Setiap nafas yang menghela  terengah-engah
Berbisik syahadat di hembusan terakhirnya
Dorr! Dan sekali lagi...
Peluru menghujam tepat di jantung surga

Kita tak gentar! 
Pada seribu letupan bom meriam
Allahuakbar !
Mati terhormat lebih kuinginkan
Daripada hidup dalam penjara penjajahan
Walau jasad terbujur dan terkapar
Cita merdeka kan terus mekar
Merah putih... selamanya berkibar.

(Syamsul Arifin/Fathoni)