Daerah

Begini Reaksi Jamaah di Pringsewu Saat Diruqyah oleh JRA

NU Online  ·  Ahad, 25 November 2018 | 08:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Jam baru menunjukkan pukul enam pagi namun ratusan jamaah telah memenuhi aula kantor PCNU Kabupaten Pringsewu, Ahad (25/11). Para jamaah ini tidak hanya berasal dari lingkup Kecamatan Pagelaran di mana kantor tiga lantai ini berlokasi, namun mereka juga berasal dari sembilan kecamatan yang ada di Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis serta kabupaten lain di Provinsi Lampung.

Setiap Ahad pagi, di aula tersebut memang rutin berkumpul para jamaah untuk ikut Jihad Pagi (Ngaji Ahad Pagi). Namun materi Jihad kali ini lain dari materi hari biasanya. Biasanya para jamaah mendapatkan materi teori dan diskusi, Pagi tersebut, para jamaah mendapatkan materi teori dan praktek tentang ruqyah dari Tim Jamiyyah Ruqyah Aswaja (JRA) An-Nahdliyah Provinsi Lampung.

“Akibat nonton acara TV tentang ruqyah dan pengaruh media sosial, saat ini pola pikir sebagian masyarakat tentang ruqyah jadi bergeser. Masyarakat menilai aktivitas atau kegiatan ruqyah sering kali dalam bentuk mengundang jin dan menjadikan orang kesurupan. Padahal bukan,” kata salah seorang praktisi ruqyah dari tim JRA Lampung, Mustaqim.

Gus Taqim, begitu ia biasa disapa menjelaskan bahwa ruqyah adalah sebuah metode pengobatan dengan cara membacakan sesuatu dalam hal ini ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ruqyah aswaja lanjutnya merupakan metode menggunakan Al-Quran sebagai media utama atau obat utama, baik bagi penyakit medis atau nonmedis.

“Sebenarnya ini sudah sering dilakukan oleh para kiai kita dulu dengan berbagai media seperti air putih yang orang Jawa sering menyebutnya suwuk. Namun ruqyah aswaja berbeda dengan ruqyah seperti yang lainnya,” tegasnya.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang telah mendapat mukjizat berupa Al-Qur’an, umat Islam harus meyakini bahwa ayat Al-Qur’an memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Al-Qur’an adalah syifa’ (obat) dan hal inilah yang perlu dipelajari dan digali dalam pengobatan ruqyah. Semakin yakin seseorang beruqyah maka semakin yakin pula keimanan kita kepada kehebatan Al-Quran.
 
"Kita harus yakin bahwa kesembuhan itu hanya milik Allah dan Al-Qur’an menjadi media atau jalan kesembuhan sebagai mana fiman Allah Ud'unii astajib lakum," jelasnya.
 
Mendengar penjelasan ini para jamaah tampak semakin yakin mengikuti kegiatan ruqyah masal yang baru pertama kali dilakukan oleh PCNU Pringsewu ini. Peralatan ruqyah pun sudah siap sedia di depan para jamaah berupa air mineral dan kantong plastik hitam.

Diawali dengan berniat menata hati untuk mendapatkan kesembuhan, para jamaah membaca shalawat Thibbil Qulub secara bersama-sama. Suasana semakin khidmah saat bacaan-bacaan ayat Al-Qur’an menggema di ruangan yang menampung 300 jamaah lebih ini. Sambil meniupkan bacaan-bacaan ke air yang dibawanya, dipandu oleh tim ruqyah, para jamaah terlihat sangat khusyuk mengikuti semua prosesi ruqyah.

Sesaat setelah itu, reaksipun terlihat. Para jamaah yang sangat ingin mengeluarkan segala macam penyakit dalam tubuhnya merasa ada yang akan keluar dari perutnya setelah minum air putih yang dibawanya.

“Serasa ada yang mendorong dari dalam perut untuk keluar. Akhirnya saya pun muntah berkali-kali. Setelah itu kepala saya merasa lebih ringan dari biasanya,” kata Mahfudz, salah satu jamaah dari Kecamatan Sukoharjo.

Reaksi ini menurut Gus Taqim memang sering terjadi saat prosesi ruqyah. Berbagai efek lain dari ruqyah tuturnya, seperti keringat keluar deras, muntah darah (jika penyakitnya termasuk level berat), perut mual sampai dengan tidak sadarkan diri.

“Kondisi ini tergantung dengan mental psikologi dari yang dirukyah. Kalau mereka yakin dan memiliki keinginan yang tinggi, maka efeknya pun akan terlihat sekali. Memang saya sering ingatkan kepada jamaah untuk benar-benar berusaha mengeluarkan penyakit dari dalam tubuhnya seperti saat kita mencabut tanaman yang memiliki akar kuat,” ujarnya.

Gus Taqim pun menegaskan, pengobatan ruqyah aswaja ini tidak berbau klenik atau apalagi jampi-jampi.

“Semuanya rasional, dan tidak ada unsur syirik. Minum obat pun kalau kita yakin yang menyembuhkan itu adalah obat, itu sama saja syirik. Obat hanya perantara, yang punya kuasa menyembuhkan penyakit adalah Allah. Keyakinan inilah yang harus dijaga,” ungkapnya.

Setelah beberapa prosesi ruqyah dilewati seperti dengan menepuk-nepuk perut, kepala, pundak dan punggung bawah dan mengarahkannya ke mulut, ada beberapa jamaah yang tidak sadarkan diri dan berteriak-teriak seperti kesurupan. Tim rukyah pun segera mengisolir para jamaah tersebut untuk ditangani secara khusus. Setelah sadar, jamaah pun kembali melakukan ruqyah yang ditutup dengan bacaan shalawat.

Antusiasme jamaah sangat luar biasa setelah rangkaian ruqyah selesai. Tim ruqyah pun tampak kerepotan melayani pertanyaan para jamaah untuk berkonsultasi setelah acara. Ada juga dari para jamaah yang ingin mendapatkan penanganan ruqyah khusus karena keluhan penyakit yang sudah lama dideritanya.

Namun dengan sabar tim rukyah melayani jamaah satu persatu. Para anggota tim rukyah yang memberikan pelayanan secara sukarela alias gratis ini pun membantu kesembuhan para jamaah dari penyakit medis maupun non medis. Bahkan ada di antara para jamaah yang harus digendong ke lokasi rukyah tersebut akibat stroke yang sangat parah.

“Semoga tim JRA mampu memberikan manfaat dengan membantu menghantarkan para jamaah mendapatkan kesehatan jasmani dan rohani,” pungkas Gus Taqim. (Muhammad Faizin)