Denpasar, NU Online
Pengajar Antropologi Budaya King Fahd University of Petroleum and Minerals Dhahran Saudi Arabia, Sumanto Al-Qurtubi menegaskan sejarah harus diungkap secara jujur, termasuk sejarah islamisasi. Jangan karena kebencian terhadap negara atau kelompok tertentu, kemudian memusnahkan seluruh warisan kultural yang pernah digoreskannya.
"Harus diakui bahwa China tidak melulu berwajah Budha atau Konghucu, tapi juga ada China yang berwajah Islam. Ini harus diapresiasi secara jujur," katanya pada bincang-bincang kebangsaan Dirgahayu 639 Bhineka Tunggal Ika di The Banjar Kuta Bali, Sabtu (28/7).
Ia menambahkan bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengakui eksistensi sejarahnya.
Acara bincang-bincang kebangsaan ini merupakan kegiatan bersama yang dilaksanakan oleh Institute for Syriac Culture Studies (ISCS), LBH Apik Bali, PW GP Ansor Bali, dan Peacemakers of Indonesia Society (PIS). Kegiatan ini diadakan dalam rangka memperingati 639 tahun lahirnya Bhineka Tunggal Ika yang sejak tahun 1380 istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Mpu Tantular, dalam karyanya Kekawin Sutasoma.
Menurut Yunus Na'im, ketua PW GP Ansor Bali tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk mengingat kembali sejarah dan tidak melupakannya serta menggali dasar-dasar kerukunan yang menjadi acuan para pendiri bangsa.
Kegiatan bincang-bincang kebangsaan ini dihadiri oleh tokoh masyarakat, LSM, organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, serta aktivis pergerakan.
Ketua Yayasan Grasa Bali, Andy Prawira mengatakan bincang kebangsaan ini membawa pencerahan yang cukup rinci dan mendalam tentang sejarah Bhineka Tunggal Ika. "Kita melihat betapa fakta sejarah telah membuktikan bahwa bangsa kita telah berhasil merajut kebinekaannya sejak dahulu, bahkan sebelum masa kolonial ada," ujarnya.
Melalui bincang ini membawa pemahaman perlunya membawa Indonesia kembali kepada takdirnya, bahwa Indonesia adalah kemegahan sebuah negeri Nusantara yang satu, walaupun terdiri dari berbagai suku dan agama yang beragam.
"Allah telah mendesain Indonesia sebagai satu-satunya Negara yang paling unik di dunia, dengan kekayaan alam yang luar biasa tanpa tandingnya. Tak boleh ada tangan yang bisa mengotori atau merusaknya," tegasnya. (Moh Nur Wakhid Al Hadi/Kendi Setiawan)