Bondowoso, NU Online
Bagi KH Salwa Arifin, dirinya lebih bangga disebut sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama. Karena dengan demikian diharapkan kelak dapat dikumpulkan bersama para ulama.
Penegasan tersebut disampaikannya saat kegiatan buka bersama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Ahad (19/5).
"Saya lebih bangga kalau disebut Mustasyar Nahdlatul Ulama daripada dipanggil bupati,” kata Bupati Bondowoso tersebut di hadapan sejumlah undangan.
Menurutnya, pemanggilan bupati ada kesan kalau dirinya bukan lagi menjadi bagian dari NU. “Saya keberatan dipanggil bupati karena merasa disingkirkan dari NU," katanya di mushalla PCNU Bondowoso.
Oleh sebab itu dirinya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari NU. “Alhamdulillah, saya bersyukur bisa menjadi bagian dari warga jamiyah Nahdlatul Ulama, yaitu organisasi yang didirikan para aulia dan ulama yang shalih,” ungkapnya.
Dalam pandangan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum tersebut, ada nilai lebih ketika terhimpun di NU. “Tentunya kita sebagai warga jamiyah Nahdlatul Ulama, insyaallah akan berkumpul dengan para ulama nantinya," harapnya.
Terkait NU, Kiai Salwa mengibaratkan sebagai orang tua dalam berorganisasi. “Yaitu orang yang sudah cukup memiliki pengalaman sosial dan politik, sehingga NU tidak pernah takut dan khawatir untuk menghadapi situasi di negara ini,” urainya.
Hal tersebut seperti dibuktikan dalam sejumlah peristiwa. “Walaupun ada demo dan apa saja, orang NU hanya tinggal melihat karena sudah dewasa dan matang,” katanya.
Apa yang dilakukan NU selama ini sudah sangat tepat. "Memang wajar kalau sebagai organisasi mengantisipasi dengan mengeluarkan surat edaran dan imbuan. Itu dilakukan agar tidak lengah," jelasnya.
Kelebihan lain dari NU adalah tetap tenang dan tidak pernah khawatir. “Kalau ada apa dan siapa saja, termasuk ormas apa yang berhadapan dengan NU maka akan tumbang sendiri," tegasnya.
Di ujung sambutan, bupati berharap masyarakat tetap menjaga kerukunan, persaudaraan, persatuan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. “NKRI harga mati, karena NU yang mencetuskan dalam muktamar,” ujarnya.
Buka bersama dihadiri utusan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), pengurus ranting, lembaga dan badan otonom se-Bondowoso.
Tampak pula Rais PCNU Bondowoso, KH Asy'ari Fasya beserta pengurus lain. Juga Ketua DPRD, H Tohari, Dandim 0822, Tarmuji, serta Kapolres Bondowoso, Febriansyah. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)