Daerah

Cara Peternak Hewan Kurban Hadapi Penurunan Omzet Saat Pandemi

Jum, 16 Juli 2021 | 15:00 WIB

Cara Peternak Hewan Kurban Hadapi Penurunan Omzet Saat Pandemi

Peternakan Lembu Ageng Farm

Bekasi, NU Online 


Badai pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun ini telah mengubah tatanan ekonomi. Selain mengganggu kinerja, pandemi juga telah menghambat hembusan pernafasan usaha masyarakat di segala sektor. Dampak ini sangat dirasakan oleh pelaku usaha menengah seperti sektor peternakan. Hal demikian yang dirasakan Hasan Basri, seorang peternak sapi, kambing, dan domba warga asal Bekasi Jawa Barat.


Akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lama ditambah adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), bisnis peternakan yang sudah dijalani sejak tahun 1985 itu mengalami penurunan pembeli, dari yang biasanya per bulan bisa menjual 120 ekor hanya terjual 100 ekor.


“Di tengah pandemi dan PPKM Darurat, hasil peternakan mengalami penurunan sebab berkurangnya daya minat masyarakat untuk membeli hewan kurban sehingga beberapa mitra yang biasanya langganan beli tahun ini, tidak,” ujarnya saat ditemui NU Online di Pondok Pesantren Nurul Azhar Setu, Bekasi, Kamis (15/7).


Namun demikian, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat pria yang pernah menempuh pendidikan di Pesantren Darul Huda Mayak, Ponorogo, Jawa Timur itu. Demi bisa bertahan di tengah gempuran pandemi, ia meningkatkan bisnisnya dengan mengubah pola penjualan hewan kurban secara daring melalui media sosial.


Ia mengatakan, penjualan hewan kurban secara daring lebih menguntungkan karena bisa mendapatkan pelanggan dari beberapa daerah di luar Jabodetabek. Ia juga memberdayakan para alumni pesantren di beberapa daerah dan lingkup organisasi yang ia ikuti untuk menjadi mitra.


Namun demikian, penjualan secara daring memiliki kelebihan dan kekurangan. Di antara kelebihannya, yakni pembeli bisa hemat waktu dan biaya untuk survei hewan kurban, sedangkan kekurangannya adalah pembeli tidak bisa melihat hewan kurban secara langsung, hanya melihat video, foto, dan poster yang dikirimkan.


Meski begitu, ia mengungkapkan selama ini belum mendapatkan komplain dari orang yang membeli secara daring. Bahkan mereka yang sudah langganan dan percaya biasanya hanya menitip uang saja untuk dibelikan hewan yang sesuai kriteria.


Sementara itu, pelanggan yang membeli secara langsung biasanya survei ke lokasi peternakan untuk melihat kondisi hewan baik dari segi kesehatan, pangan, bobot hewan, dan jenis hewan yang akan mereka beli.


Ia menyebut bahwa omzetnya mencapai 40 sampai 60 juta per bulan. Tak cukup sampai di situ, peternakan yang ia beri nama Lembu Ageng Farm itu menerima pesanan dari pembeli lebih awal kemudian dirawat di peternakan dengan membayar separuh harga sehingga uang tersebut bisa digunakan untuk belanja hewan kembali. 


Selain itu, selama pandemi, Pengurus Aswaja NU Center Bekasi itu juga menerima pemotongan hewan kurban pesanan dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan beberapa pesanan dari pesantren-pesantren di berbagai daerah serta menerima penyembelihan hewan untuk aqiqah sekaligus jasa katering.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syakir NF