Kebumen, NU Online
Pada akhir Maret 2020 lalu, banyak sekali para pemudik dari kota-kota besar seperti Jakarta yang pulang ke kampung halaman sebagai dampak wabah Covid-19. Menurut Kepala Desa Jatimulyo, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, Sabit Banani, hal itu sekali lagi menegaskan bahwa desa adalah benteng pertahanan.
Benteng pertahanan yang dimaksud bahwa desa sebagai tempat yang nyaman untuk ‘beristirahat’ dari persoalan-persoalan yang mungkin timbul jika masyarakat ada di kota. Serta, lebih penting lagi, bahwa desa menjadi pertahanan karena menjadi sumber pangan dari pertanian yang dihasilkan. Orang mengistilahkannya dengan ‘desa sebagai lumbung cadangan pangan’.
Sayangnya, kata Sabit, desa sebagai lumbung cadangan pangan, mulai tergerus dan kini hanya menjadi teori. Hal itu terlihat dari masyarakat desa yang membeli hampir semua kebutuhan dasar mereka dengan berbelanja di minimarket. "Nyatanya ora kabeh sarwa tinandur akeh kang sarwa tinuku. Tidak semuanya didapatkan karena memanen hasil tanam, tapi banyak yang serba harus beli," ungkap Sabit yang aktivis PMII saat kuliah di Purwokerto.
Mengantisipasi persoalan tersebut, sejak Desember tahun 2019, Pemerintah Desa Jatimulyo mendesain rencana sederhana. Beberapa tujuan lewat rencana sederhana itu adalah bagaimana Pemdes Jatimulyo dapat mengembalikan desa sebagai kebun pangan, kebun buah, pusat pembelajaran bertani, kedaulatan petani dan tentu perdikan. Tujuan besarnya agar gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, tidak sekadar slogan. Rencana itu terealisasi dengan program 'Mana Kebunmu?'
"Melalui konsep Program 'Mana Kebunmu?' kami mencoba menggiring dari hulu ke hilir. Tentu dengan berbagai varian program dan kegiatan nantinya. Salah satunya adalah bagaimana lahan terbatas di pekarangan atau halaman rumah warga, diolah menjadi kebun kaya manfaat," papar kades yang pernah nyantri di Pesantren Riyadlhotul Uqul Nampudadi Jatimulyo Petanahan Kebumen.
Pihaknya mengatakan, sebagai langkah awal program Mana Kebunmu dikerjakan secara gotong royong oleh Pemdes Jatimulyo, Petanahan, Gapoktan, kelompok tani, kader PKK, Posyandu, dan segenap masyarakat. Warga secara mandiri dan swadaya menanam beraneka macam jenis tanaman sayuran, seperti bayam, terong, tomat, cabai, dan berbagai macam jenis sayur mayur lainnya di halaman rumah maupun pekarangan mereka.
"Pada tahap awal masing-masing warga menanam sebanyak 20 sayuran dengan menggunakan media tanam polybag. Selain kebun sayur di mana seluruh warga desa menanam, sebagian warga pedukuhan membuat ruang hidup yang berada di zona terbuka. Warga diajak menanam buah, umbi-umbian, talas, singkong, atau pisang, serta tanaman pala pendem dan pala kasimpar lainnya," katanya.
Sabit Banani mengajak warga desanya agar untuk ketahanan pangan, jangan hanya menunggu. Namun, lakukan walau hal kecil bersama-sama. "Kini saatnya semua warga desa hidup harmoni bersama alam. Menempatkan energi hidup para petani dalam kehidupan kita, yaitu menanam. Itulah yang menjadikan desa dan masyarakatnya sejahtera," pungkasnya.
Apa yang diupayakan Pemdes Jatimulyo bukan sesuatu yang mustahil untuk mewujudkan ketahanan pangan. Video Surga Kentang Ranupani mengungkapkan pada masa krisis ekonomi 1997, para petani kentang di Ranupani di lereng Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, mengaku tidak terlalu terdampak. Pasalnya kebutuhan pangan mereka terjamin meskipun harga kebutuhan rata-rata naik drastis.
Pada awal April lalu, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) Ali Masykur Musa berharap, PBNU menginstruksikan Gerakan 'Ayo Menanam' kepada pengurus NU, banom, lembaga, dan pesantren. Hal ini agar para santri, alumni, jamaah, mulai memperbanyak menanam tanaman di lahan-lahan yang dimiliki.
Sementara, Tim Satgas Peduli Covid-19 Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi, Yogyakarta, menyatakan bahwa kebijakan dalam mitigasi ancaman krisis pangan perlu difokuskan pada upaya memperkuat ketahananan dan kemandirian pangan, melalui keterpaduan dan kolaborasi strategis dan taktis di semua lini dalam tata kelola pangan yang melibatkan solidaritas ekonomi seluruh shareholder.
"Berdasarkan pengembangan berbagai praktik baik yang sudah ada, baik di tingkat komunitas warga maupun di lingkungan pemerintahan, kebijakan mitigasi perlu difokuskan pada penataan ulang mata rantai produksi, distribusi, dan konsumsi pangan yang dapat meningkatkan resiliensi warga untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan," ujar Tim Satgas Peduli Covid-19 Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi, Yogyakarta, Kamis (4/6).
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
4
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
5
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
6
Kekompakan Nahdliyin Inggris Harus Terus Dijaga
Terkini
Lihat Semua