Daerah

Cegah Radikalisme, BEM Pesantren Se-Tapal Kuda Gelar Halaqoh

NU Online  ·  Kamis, 30 Mei 2019 | 05:00 WIB

Jember, NU Online
Gerakan radikal dan terorisme masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia. Terbukti dalam unjuk rasa damai di Bawaslu belum lama ini, kelompok  radikal menjadi penumpang  gelap yang coba meruntuhkan demokrasi.

“Kenyataan  itu harus terus kita waspadai. Sebab, diam-diam mereka terus bergerak mencari celah,” tukas Presiden Mahasiswa Insitut Agama Islam Al-Falah Assunniyah (INAIFAS), Kencong, Kabupaten Jember Jawa Timur, Sinta Bella saat memberikan sambutannya  dalam Halaqoh BEM Pesantren Se-Tapal Kuda di lantai 2 mushalla  INAIFAS, Rabu (29/9).

Menurut Bella, sapaan akrabnya, rakyat Indonesia tak boleh kendur  dalam menghadapi radikalisme dan terorisme. Sebab meski secara formal organisasi teror telah mati, tapi ideologinya selalu hidup.

“Melalui halaqoh ini kita melakukan diskusi dengan harapan bisa menghasilkan rekomendasi-rekomendasi pencegahan radikalisme yang nantinya akan disampaikan kepada pengurus pusat Halaqoh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Pesantren se-Indonesia ,” lanjutnya.

Sementara itu, Wakil Rektor III INAIFAS, Muhammad Dasuki menegaskan pentingnya memperbaiki SDM (sumber daya manusia)  para santri dan mahasiswa dalam upaya melakukan penanggulangan terhadap radikalisme dan terorisme.

“Peningkatan SDM kita penting untuk  mengimbangi provokasi mereka yang selalu mengasnamakan agama,” ucapnya.

Ia menambahkan, tidak terlalu sulit untuk mengidentifikasi adanya gejala gerakan radikal dalam dalam diri sesorang. Yaitu  dia menolak empat  pilar kebangsaan;  Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika,  dan NKRI.

Halaqoh yang ditutup dengan buka puas bersama itu, akhirnya menghasilkan  4 point  sebagai ‘modal’ dalam menaggulangi gerakan radikal dan terorisme.

Pertama, hendaknya setiap indivisu  dapat  memberikan atau menularkan toleransi (menjadi agen perubahan) dan menulis tentang perdamaian di media sosial atau media cetak Halaqoh BEM Pesantren.

Kedua,  hendaknya santri dan mahasiswa dapat membangun hubungan emosional dengan kelompok-kelompok yang  kemungkinan besar menganut  paham radikalisme.

Ketiga, hendaknya santri dan mahasiswa Badan Pengurus Harian Nasional Halaqoh BEM Pesantren mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh anggota Halaqoh BEM Pesantren bebas dari radikalisme.

Dan keempat,  hendaknya  santri dan mahasiswa mengembalikan ajaran atau ukhuwah Ahlsussunnah wal Jamaah( Aswaja). (Aryudi AR).