Daerah

Dengan Bersepeda, NU Kota Pasuruan Sapa Pengurus Ranting

Sen, 6 Juli 2020 | 03:30 WIB

Dengan Bersepeda, NU Kota Pasuruan Sapa Pengurus Ranting

Pengurus harian PCNU Kota Pasuruan bersiap menggelar Turba dengan bersepeda. (Foto: NU Online/Rof Maulana)

Pasuruan, NU Online 
Cara berbeda dilakukan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pasuruan, Jawa Timur yang akan segera menggelar pelantikan. Konsolidasi internal dilakukan dengan cara unik dan baru. 
Adalah Ketua PCNU setempat yang juga dikenal milenial yakni Gus HM Nailur Rahman memanfaatkan akhir pekan untuk turun ke basis ranting NU dengan cara bersepeda atau gowes. 

 

Agenda konsolidasi organisasi PCNU Kota Pasuruan yang dikemas dalam acara gowes bersepeda dilakukan Ahad (5/7) pagi sebagai ikhtiar pengurus untuk lebih dekat dengan masyarakat. Karena mereka merupakan basis struktural organisasi yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. 

 

Dengan dipimpin oleh Gus Amak, panggilan akrab Ketua PCNU Kota Pasuruan, beberapa jajaran pengurus harian penuh semangat mengayuh sepeda angin. Rute yang dilalui adalah mulai titik start Kantor PCNU Kota Pasuruan kemudian menuju pertemuan turun ke bawah atau Turba di Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Randusari Kecamatan Gadingrejo. 

 

Bertempat di rumah salah satu PCNU Kota Pasuruan yakni H Nurul Jadid, dialog Turba antara Pengurus PCNU Kota Pasuruan dengan PRNU digelar. Saat itu melibatkan PRNU Randusari, Karangketug dan Petahunan. 

 

Gus Amak dalam arahannya menjelaskan bahwa ada tiga hal besar yang dituju dalam giat yang sedianya akan dilangsungkan setiap Ahad pagi itu. 

 

“Pertama, konsolidasi organisasi yakni pengurus harus menata niat pengabdian dan perjuangan di NU secara totalitas serta berkomitmen sebagai santri Hadratussyech KH M Hasyim Asy'ari,” katanya. 

 

Konsolidasi kemudian diisi dengan menjalankan fungsi organisasi secara baik dan menghidupkan kegiatan di level Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama atau MWCNU) serta PRNU. 

 

“Berikutnya menata administrasi organisasi dengan menjalankan tata lakasana organisasi secara benar yakni patuh administrasi baik MWCNU hingga PRNU. Juga ditekankan untuk menjalin sinergisitas badan otonom atau Banom di semua level kepengurusan,” urainya. 

 

Sedangkan yang kedua adalah pemantapan kaderisasi baik Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) serta Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama atau PKPNU. 

 

“Hal ini kewajiban pengurus dan kader karena NU itu bersanad, sehingga wajib mengikuti pengkaderan NU baik MKNU maupun PKPNU,” tegasnya. 

 

Untuk yang ketiga, filantropi yaitu menggerakkan kepedulian sosial di masyarakat melalui Jaringan Pengelola Zakat Infak Sedekah atau JPZIS di mushala dan masjid.

 

“Hal tersebut sebagai bentuk kemandirian organisasi untuk selalu hadir berkiprah di masyarakat,” ungkapnya. PCNU harus bersinergi dan berkolaborasi dengan semua Banom serta lembaga untuk gerakan sosial umat, lanjutnya. 

 

Dijelaskan Gus Amak, orang yang mau mengurusi NU sama ampuhnya dengan orang yang istikamah wirid. Kartenanya hendaknya memperbaiki niat dalam berkhidmah. 

 

“Kita pastikan bahwa kegiatan gowes ini selain lagi ngetren di masyarakat tapi juga manfaatkan dengan berkhidmad ke NU melalui Turba ke PRNU dan MWCNU," jelas kiai muda yang juga Ketua PW Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Jawa Timur tersebut. 

 

Agenda dialog Turba yang berlangsung selama lebih dari satu setengah jam dihadiri dan dibuka dengan tausiyah Rais PCNU Kota Pasuruan KH Khalim Mas'ud. 

 

Dirinya menyampaikan bahwa inti dari pertemuan adalah menguatkan jalinan silaturahim antara PCNU Kota Pasuruan dengan PRNU dan MWC NU. "Tingkatkan silaturahim di pengurus ranting secara interen, ada kegiatan ataupun tidak agar tidak timbul kesalahpahaman," katanya di hadapan hadirin. 

 

Lebih lanjut, KH Khalim Masud memberi arahan kepada PRNU MWCNU bahwa menjadi tokoh masyarakat adalah sebuah anugerah dan amanah. “Orang yang mau berkhidmah walaupun kurang berilmu, lebih mulia daripada orang berilmu tapi tidak mau berkhidmah," jelasnya. 

 

KH Khalim juga meminta pengurus untuk menggali persoalan di tingkat bawah, kemudian meningkatkan amaliah NU seperti istighotsah dan sebagainya. "Agar kita bisa memberi contoh kepada masyarakat bahwa ketika ada permasalahan, solusi pertama adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah," pungkasnya. 

 

Kontributor: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi